Friday, February 5, 2010

Kenapa masuk Sastra Indonesia? sebuah jawaban dari warga negara Cina.

Kemarin, dua hari lalu, saya ke Pasar Pagio membeli sesuatu.
di Toko itu ada seorang engko-engko (sudah pasti Cina) bertanya, "Kuliah di mana?"
awalnya aku enggan untuk menjawab, akhirnya aku menjawab dengan nada lesu, "UI."
"Ambil apa?" si engko tadi penasaran.
"Sastra," ada alasan aku menjawab hanya setengah, yaitu orang-orang seperti mereka tidak mengenal arti pentingnya sebuah seni dan kebudayaan, atau bahkan orang-orang seperti engko-engko itu tidak mementingkan keberlangsungan Bahasa Indonesia. Orang-orang seperti engko-engko itu hanya tahu masalah dagang dan uang.
Si engko-engko itu tertawa,"hahaahaha, ngapai Sastra Indonesia? mau ngomong sama Miing?"

Setelah membayar barang yang aku beli, aku langsung ngeloyor pergi dari toko itu. Tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang tidak mengerti pendidikan tinggi. sebut saja aku jahat, tidak mau mencerdaskan orang lain. Sebenarnya aku mau saja panjang lebar sampai berbusa memaparkan alasan betapa cintanya aku dengan Bahasa Indonesia, dan betapa pentingnya belajar bahasa negeri sendiri. Tetapi, kali ini aku tidak mau mencari ribut dengan engko-engko penjual di Pasar Pagi.

Hari ini. Aku pulang kuliah bersama teman-teman, salah satu di antara mereka adalah warga negara Cina. Baiklah, kamu tidak perlu iri kepadaku bila aku katakan cowok yang satu ini lumayan lucu. Dan kamu tidak perlu heran mengapa di Program Studi Sastra Indonesia memiliki beberapa warga negara asing sebagai mahasiswanya. Dan tak perlu iri juga bila aku sekelas mereka. HAhaha..

Aku bertanya pada Wang, begitu panggilannya, dalam perjalanan pulang, karena aku sudah sangat penasaran, "Wang, kenapa kamu mengambil jurusan Sastra Indonesia?"
Suaranya terbata-bata khas orang Cina yang baru belajar Bahasa Indonesia, "Saya suka tinggal di Indonesia."

Jahatnya aku berpikiran, Wang belajar bahasa Indonesia karena akan membuka peluang bisnis di sini, hahaha... Aku menatapnya menunggu penjelasan selanjutnya. Lalu Wang dengan tenang berujar, "Di Indonesia enak, cuacanya enak, udaranya enak. Kalau di Cina dingin sekali."

Ya. Sesederhana itu jawaban Wang, seorang cowok lucu berkewarganegaraan Cina berusia 21 tahun.

Dapatkah saya menjelaskan alasan mengapa saya memilih jurusan Sastra Indonesia sesederhana Wang bila nanti orang awam bertanya?

mungkin aku akan mencoba dengan tenang menjawab, "Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling indah di seluruh dunia, dan saya ketagihan untuk mempelajarinya lebih dalam lagi"

Pastinya kalian akan terbengong-bengong menanggapii omong kosongku barusan.
Cih!

No comments: