Wednesday, August 25, 2010

Dia telah kembali, dan kamu akan kembali. Aku kehilangan.

Ada dua tokoh yang berperan dalam kasus ini.
Yang pertama adalah Kamu, pria Eropa yang dibesarkan di tanah Amerika, yang telah mempermainkan perasaanku (dan herannya aku senang dipermainkan. )
Tokoh kedua, bernama Dia. Seorang yang datang dari negeri Starbucks, yang tidak akan tertarik padaku karena sudah mempunyai bidadari cantik, dan aku pun juga tidak menaruh hati padanya.
Lalu, apa hubungan kedua pria asing ini?
Saat Kamu pergi meninggalkanku untuk menjelajahi keindahan negeriku yang tercinta ini, ada Dia yang datang dalam hidupku. Dia masuk ke dalam hidupku, dan kami memulai pertemanan yang baru seumur jagung. Pada awalnya aku tidak menaruh perhatian pada Dia, bahkan aku sudah mewanti-wanti diriku untuk tidak jatuh hati pada Dia, karena aku tidak ingin sakit hati oleh dua orang pria asing dengan kasus yang sama.
Entah kenapa, mungkin karena faktor Kamu yang tidak ada di sisiku untuk beberapa minggu, aku menjadi kegenitan, aku menjadi ganjen, aku menjadi butuh sosok pria untuk aku goda, haha aku tahu aku terkesan murahan. hahaa..
Lalu, di suatu siang, aku dan Dia bertemu. Aku memandang pipi Dia yang kemerahan akibat sinar matahari, nampak begitu menawan. Aku tergiur oleh paras Dia yang tidak jauh lebih ganteng daripada Kamu. Sejak melihat pipi nan merah muda milik Dia, aku menjadi terhibur, dan hatiku berpindah pada Dia. Sebegitu cepatkah? aku rasa iya.

Lalu, tidak ada cerita antara aku dan Kamu. Kamu seperti hilang di tengah butiran pasir putih di pantai Kuta. Aku tahu pasti kamu sedang berjemur, memandangi gadis-gadis Indonesia yang lebih eksotis dan seksi. Aku yakin tidak sedetik pun Kamu ingat diriku saat itu. Aku berani jamin, di antara milik Kamu yang menegang, aku terlupakan oleh peradaban zaman yang Kamu anggap sangat kuno. Terserah, apa yang ada di dalam pikiranmu.

Dua minggu, aku bersama Dia. Cukup menyenangkan. Kami menjalani apa yang disebut pertemanan, tidak lebih, dan itu hal yang paling aman untukku saat ini.

Hari Minggu lalu, ada seorang teman perempuan membicarakan Kamu di depan telingaku. Katanya Kamu jarang membalas SMS dia. Aku merasa sedikit senang, karena waktu dulu Kamu selalu membalas SMS-ku walaupun agak lama. Salah seorang teman pria memberikan komentar atas tanggapan teman perempuan yang telah mengungkapkan kekecewannya terhadap kamu,--hahaha pasti korban si itu lagi, hahhahaa---
Dalam hati aku juga turut bersedih, aku bukanlah hanya satu-satunya perempuan bagi Kamu, karena Kamu senang dengan daging, kamu punya banyak pilihan untuk memakannya.
Sesudah sore yang membicarakan topik tentang Kamu.
Entah siapa yang meracuni pikiran Kamu sehingga Kamu mengirimkan sebuah pesan singkat untuk aku. Atau jangan-jangan, Kamu salah mengirimkan SMS, mungkin SMS itu harusnya untuk perempuan lain, bukan aku.

Setelah sekian lama Kamu pergi untuk jalan-jalan, baru ingatkah kau padaku? Pesanmu sungguh sangat singkat, tapi cukup membuatku kegirangan dan keheranan. Isi pesan Kamu hanya menanyakan aku mau dibawakan apa. dan di akhir pesan Kamu menyelipkan emotikon (:P) dan menyematkan nama Kamu pada pesan itu.

Apa maksud Kamu dengan menyematkan nama Kamu pada akhir pesan? Apakah Kamu pikir aku akan menghapus nomormu dalam HPku? Tidak mungkin!! Aku tidak membenci Kamu, aku sudah menerima Kamu seperti seorang teman biasa. Aku ingin kita seperti teman biasa, dan terus berkomunikasi, tidak seperti saat ini.
Setidaknya, sebuah pesan singkat itu, memberikan arti bahwa Kamu masih mengingat aku.
Dan aku menjawab pesan Kamu dengan sangat sombong sepertinya, "Tidak, Terima kasih :P Alfi"
Aku ingin agar Kamu tidak berpikir bahwa aku masih mengharapkan Kamu lagi untuk hubungan yang lebih, Tidak! Aku hanya ingin berteman sekali lagi dengan Kamu seperti awal sebelum Kamu pergi jalan-jalan keliling negeriku.
Sehari setelah mendapat SMS Kamu, aku mendapat SMS dari Dia yang menyatakan Dia harus segera kembali ke negaranya untuk urusan penting. Aku kaget.
Dia pergi, dan aku tidak menanyakan apakah Dia akan kembali atau tidak, karena itu bukan urusanku. Padahal seharusnya Dia masih dapat tinggal di negeriku hingga sepuluh bulan mendatang.
Dan bisa dihitung dengan jari, bahwa Kamu juga akan kembali ke negeri Kamu dalam sekejap mata.

Bahkan, detik-detik sebelum hari itu akan tiba, tidak ada tanda-tanda bahwa Kamu benar-benar ingin memperbaiki hubungan pertemanan kita ini.

Aku merasa kehilangan, aku merasa ditinggalkan oleh kalian. Dia dan Kamu.



No comments: