Friday, November 18, 2011

Bincang Tokoh bersama Nh. Dini



Siapakah beliau??





Jangan bilang kalian nggak tau siapa beliau???

Hmm, baiklah, akan saya ceritakan dari awal...


Minggu lalu, dosen saya bilang, "Tanggal 18 November, saya akan menjadi pembicara untuk acaranya Nh. Dini."
Sontak, satu kelas mulai rempong, "yuk yuk dateng yuk, kapan lagi kita bisa ketemu Nh. Dini?"
Saya, Diego, dan lain-lain sudah membuat janji untuk menghadiri acara tersebut. Ketemu Nh. Dini itu sebuah kesempatan yang langka, kapan lagi coba??

Jumat, 18 November 2011
Pagi-pagi, di kelas Semantik--yangdosennyatidakdatang--ternyata anak-anak mulai heboh membicarakan SEA Games, mereka berencana untuk menonton pertandingan final bulu tangkis, sebagian lagi ada yang punya kegiatan masing-masing.
Yah, alhasil, saya menghubungi teman lesbian saya, Martha. "Yuk, Tha, ikut, ada diskusi sama Nh. Dini, abis itu ada pemutaran film plus diskusi tentang feminisme di Kineforum. Ada dua acara seru nih di TIM"

Awalnya, saya dan Martha menunggu bersama hingga jam 1 siang, Tiba-tiba, ada aja kendala, temannya Martha belum datang-datang juga, padahal kami harus segera berangkat. Hingga jam 2 lewat, ternyata si Martha masih ada urusan dengan temannya itu. Ya sudahlah, saya langsung pergi sendiri. Sempet kesel juga sama Martha, tapi ya udah lah ya, lain kali pelajaran aja. Saya ini orangnya cukup sebel kalo udah janjian tapi batal. Pelajaran buat diri sendiri: Jangan nunggu-nungguin temen yang gak pasti, terlalu bergantung sama temen juga bikin kesempatan baik jadi ilang. Coba pikirin, kalian ada nonton konser The Script nih, udah beli tiketnya malah, terus ada teman kalian yang dandannya laamaaaaaaaaaaaaa banget, kalau saya punya teman kayak gitu sih langsung saya tinggal. Saya nggak punya masalah untuk pergi kemana-mana sendirian. Sayangnya, ada beberapa temen-temen saya (semoga mereka baca tulisan ini), mereka itu gak akan pergi kalau nggak ada temennya. Hmm, jadi orang itu harus mandiri. nggak boleh manja. ya gak? Well, maaf yaa saya melenceng dari jalan cerita.

Balik lagi ke cerita, jadi gara-gara si Martha, saya berangkat dari Depok jam 2.15. sampai Cikini jam 3 lewat. Stasiun Cikini--TIM saya jalan kaki buru-buru. Sampai di sana, saya nggak tau tempatnya di mana. Sempat ketemu alumni Prancis 2007 yang lagi latian nari Bali, namanya Muthia, dia juga gak tau juga. :(

Setelah mondar-mandir sana sini, sempat nyasar juga ke tempat diskusi yang lain, yang isinya cuma wartawan dan artis (dengan PD-nya saya masuk ke situ, gak taunya itu pertemuan yang tertutup)
ternyata lokasi diskusi adanya persis di samping bioskop TIM. Hahaha bodoh!
Ya ampun, begitu masuk, udah penuh gitu. Akhirnya, saya memilih tempat duduk yang agak pojok (karena hanya itu yang tersisa). Awalnya sempet minder juga, karena saya seorang diri datang kesana, tapi ya bodo amat lah ya, PD-PD aja :)
Guess what??
saya duduk di samping siapa??
yes. Ayu Utami. Penulis novel Saman, Larung, Bilangan Fu.

waah ini pengalaman pertama saya ketemu dengan dia. 
Dan saya mengamati mbak Ayu Utami ini, dan adalah pikiran saya kemana-mana. Membuat saya berpikir kesana dan kemari. Tapi cukuplah hanya saya dan Tuhan yang tahu :) 

Saya lirik kanan-kiri, tenyata banyak muka yang saya kenal, tapi saya lupa namanya. Intinya sih, di sana banyak orang-orang Sastra, baik itu penyair, sastrawan, penulis novel, wartawan, ataupun kritikus sastra. Ada artis juga lhoo, tapi lupa namanya..

Di awal acara ada pemutaran film tentang Nh. Dini, berhubung saya telat jadi tidak sempat nonton.
Saya datang ketika dosen saya, Ibnu Wahyudi, sedang memberikan ulasan mengenai karya-karya Nh. Dini. Setelah Mas Iben berbicara, disusul Akmal Nasery Basral, dan kemudian Nh. Dini sendiri yang bercerita dan menanggapi komentar kedua pembicara.
Dari kejauhan, saya melihat moderatornya seorang perempuan berjilbab yang sepertinya saya kenal dan pernah lihat. Wah, betul saja. Ternyata dia alumni IKSI, namanya Mbak Ken, orang dari Lentera Timur. Keren! setelah diskusi langsung saya hampiri Mbak Ken, untuk sekadar cipika-cipiki :) hhihiihi (sok kenal, saya yakin dia lupa nama saya. gapapa lah yang penting eksis :))

Setelah ketiga pembicara itu memberikan tanggapan mereka masing-masing. Mbak Ken selaku moderator mulai membuka sesi-sesi pertanyaan. Dan.... banyak lah orang-orang yang mengangkat tangan. Ada yang memberi tanggapan, komentar, kritik, saran, pujian, pertanyaan berat, pertanyaan ringan, pertanyaan berbobot, pertanyaan yang melenceng dari konteks diskusi. Pokoknya macam-macam. Diskusi sore itu kemudian menjadi alot dan diselingi humor.
Beberapa penanya dalam diskusi ini adalah orang-orang Sastra, yang 'ngerti' bener-bener dunia sastra. Saya yang mendengarkan selalu manggut-manggut. Karena mereka mengungkapkan masalah-masalah yang sebenarnya ada, dan sering dilupakan.
Saya sebenarnya tidak terlalu fanatik dengan karya-karya Nh. Dini, suka, tapi yaa.. biasa aja.
Ada satu kesamaan, antara aku dan Nh. Dini. yaah, cukup lah saya dan Tuhan yang tahu, (sebenernya sih teman-teman dekat saya pasti bisa menebak, apa kesamaan itu, hahaha)
dan kesamaan itulah yang membuat saya tertarik membaca karya-karyanya.
Mendengarkan Nh. Dini bercerita tentang kisah hidupnya membuat saya semakin bersemangat untuk melakukan sesuatu.  (lagi-lagi cuma saya dan Tuhan yang tahu, hehe)
Saya merasa beruntung sekali bisa duduk dan mendengarkan diskusi ini. Pertama, saya menjadi kenal orang-orang Sastra secara lebih dekat. Kalau selama ini saya hanya melihat nama mereka, kali ini saya melihat bentuk aslinya. Salah satunya, Martin Aleida. Setelah melihat wujud aslinya, saya semakin kagum. Ingin sekali ikutan diskusi dengan mereka secara lebih personal. Mereka memiliki pemikiran-pemikiran yang kritis. Kalau saya agak lebih berani sih, saya kepengennya langsung menghampiri mereka satu persatu dan berbincang, sayang PD saya belum sampai ke taraf itu, hehe

Setelah, sesi pertanyaan selesai, ada beberapa kata terakhir dari Nh. Dini. Awalnya, saya agak jiper juga, semua orang punya kubu masing-masing, sedangkan saya sendirian. Saya lihat Nh. Dini sedang dikerubuti orang-orang, yahh... tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, saya langsung membawa novel yang 3 hari lalu saya beli untuk minta tanda tangan beliau.
Awalnya saya pesimis nih gak bakal bisa foto bareng sama Nh. Dini, soalnya saya gak ada kenalan di sana. Tapi, ada aja bala bantuan yang mau menawarkan jasa, "mari mbak saya potoin, nanti gantian ya?" tawar seorang mbak-mbak yang kelihatannya fans fanatik Nh. Dini.
Tanpa babibubebo, saya iya-iya aja.
Selesai tanda tangan dan foto bareng, saya ke bagian cofee-break, di sana ada minuman dan snack-snack.
Pas lagi ngantri gitu, di belakang saya ada Mas Zen Hae, orang dari Komite Sastra. Awalnya, dari tadi saya liatin ini orang, kayaknya orang ini alumni saya deh di IKSI, kayaknya udah jadi friends di FB. Seakan bisa membaca gelagat saya, Mas Zen tersenyum kepada saya, dan menjabat saya, "gimana kabarnya?"
terus saya semakin yakin aja, kalau dia alumni saya. Eh, ternyata bukan alumni, tapi pokoknya orang penting lah di dunia Sastra. terus kita sempet ngomongin sebentar soal sastra. Keren siii, pengen ngobrol lebih banyak, tapi saya jiper gitu, gak PD, haha. ya udah lah yaa..

Secangkir teh udah di tangan, tapi saya bingung mau duduk di mana. Akhirnya. saya duduk sendirian di pojok, kayak cewek gak laku. Ternyata, lagi sruput-sruput teh yang anget itu, ada dua cewek jilbaban yang tersenyum pada saya. Tanpa malu-malu, saya langsung mengajak mereka ngobrol.
Taraaaaaa, dan kami nyambung, seneng banget deh bisa punya kenalan baru :) udah langsung akrab gitu.

Oke, rencana saya sih awalnya mau sekalian ikut nonton pemutaran film dan diskusi feminisme, tapi waktu saya lihat jam sudah pukul 7. malam, yaaah, minggu depan aja lah..

oh ya, waktu acara ini, saya sempat melihat Remy Silado lhoo, waah gahar sekali om satu itu :))

oke sekian laporan saya tentang diskusi Nh. Dini.
sejak saat ini, saya harus rajin datang-datang ke acara ini, supaya wawasan saya semakin luas :) Amin.

sampai jumpa!

3 comments:

Fitria Sis Nariswari said...

alffiii, padahal aku pengen banget ikut acara itu. tapi ternyata ada kelas leksiko. T.T
hemmm, Pak Martin Aleida ya? kemarin kamu gak dateng pas simposium? beliau jadi pembicara sama Pak Sapardi di hari kedua. hehe
Minggu depan ada lagi kah?

natureahead said...

@I'a: yaa kali deh iah gue ke simposium??? kan gue sibuk ngurusin falasido... T_________T

Unknown said...

fufufu, gue mau dateng padahal saya sedang ngajar. Nggak tau deh kapan lagi ketemu penulis idola :(