Sunday, June 23, 2013

When you get to know someone, all their physical characteristics start to disappear. You begin to dwell in their energy, recognize the scent of their skin. You see only the essence of the person, not the shell. That's why you cant fall in love with their beauty or looks. You can lust after it, be infatuated by it, want to own it. You can love it with your eyes and your body, but not your heart.  That's why when you really connect with a person, any physical imperfections disappear, become irrelevant.

Saturday, June 22, 2013

es krim dan belajar bahasa

aku ini bukan perempuan setia, anggap saja seperti itu. Sudah, ini bukan rahasia lagi.

Jumat, 19.00 WIB.
Malam itu kami janjian di sebuah kedai makan waralaba di daerah Kuningan. Dimulai dengan es krim sebagai pembuka, kemudian berlanjut membicarakan banyak hal. Bahasa, budaya, politik, ekonomi, kehidupan, dan... hingga colokan listrik yang ada di 7/11.

"Ayo bangun, aku mau tunjukkan kamu sesuatu." Aku digiringnya ke 7/11.
"Jadi di sini nih letak colokannya, lain kali kalau mau internetan bisa di sini aja."

Pembicaraan terus mengalir, panjang, penuh perdebatan, canda, serius, santai, hingga pada suatu titik kami berhenti pada sebuah pintu.

"Ayo, sekarang ajari aku bahasa."

Bahasa itu cair. Pengajaran bahasa pun demikian. Dimulai dengan menonton film, membuat catatan, hingga berakhir dengan ciuman dan sebagainya.

Malam itu aku bisa merasakan wangi rambutnya yang lembut, bisa menatap matanya yang biru-keabu-abuan, bisa menembus batas-batas kekakuan yang selama ini masih dijaga masing-masing kubu. Semuanya telah mencair. Seperti bahasa.

Sejak malam itu, semuanya terasa berbeda. Menjadi lebih manis, dan getir. Pengalaman-pengalaman penuh rahasia yang manis ini tidak akan kulupakan.

Kemudian, pembicaraan dan pengajaran bahasa berakhir pada pukul 21.30.

Satu hal yang kupelajari malam itu, es krim dan bahasa, keduanya bisa mencair.

Hai kamu yang sedang baca tulisan ini, terima kasih atas malam itu.

Thursday, June 20, 2013

Bioskop dan Ciuman yang tergesa-gesa

"Nanti sore ada pembukaan festival film datang ya bareng aku," ajaknya pada suatu pagi.

dan pergilah mereka menghadiri acara itu.
seperti biasa, pada awalnya semua berjalan normal.

lama kelamaan cewek nakal itu pun beraksi. Ia memunculkan tabiat aslinya.
selain gatal dan nakal, cewek ini kurang begitu peka terhadap sinyal-sinyal pria.

di tengah pemutaran film, tangan pria itu menyentuh lengan cewek ini. Tangan pria itu diam saja di situ, tidak bergerak, hanya menyentuh!
setelah sekian lama tidak menunjukkan adanya progres, cewek nakal itu mengambil tangan pria itu dan kemudian menggenggamnya.
Hingga akhir pertunjukkan, mereka hanya bergenggaman tangan.

Setelah lewat pukul 21.00, cewek nakal mulai gelisah. Ia ingin lekas pulang ke rumah. Kangen kasur katanya. Ia mulai meremas tangan pria itu, sambil tak sabar menanti film usai.

Akhirnya film itu usai. Hal pertama yang dilakukan cewek nakal itu adalah membisiki telinga si pria, "Aku harus lekas pulang."
Si pria tidak tersenyum, pura-pura tidak mendengar, dan tetap bergeming di kursinya. Cewek nakal itu pun mulai semakin cemas. Resah.
akhirnya, cewek nakal itu menggunakan taktik lain, ia membuka pembicaraan hal-hal lain dengan pria itu, seperti "Bagaimana filmnya tadi?" dan lain sebagainya.
Untuk kedua kalinya, cewek nakal itu meminta untuk beranjak dari bioskop. Si cowok tetap tidak ada niatan untuk segera meninggalkan kursinya.

Kali ini cewek gatal itu yang mengambil tindakan. Ia bangkit dari kursinya dan berdiri di hadapan pria itu.
"Ayooo!" suara cewek gatal itu sok-sok manja. (muntah!) dia kemudian menggenggam tangan cowok itu dengan mesra (huh, dasar cewek nakal)

Entah bagaimana, cowok itu seperti mengirimkan sinyal-sinyal kepada cewek gatal yang ada dihadapannya. Si cewek nakal itu menerjemahkan sinyal-sinyal itu dengan mendaratkan sebuah kecupan. OMG, si cewek nakal itu yang duluan nyosok bibir pria itu! Berani sekali ia!!

Kecupan itu berani dan nakal. Si cewek malah ketagihan untuk melanjutkan dan memperpanjang ciuman itu. Sayangnya, pria itu segera menarik diri.

Dan akhirnya mereka bergegas pulang ke tempat masing-masing.

Demikian kisah lain dari si cewek gatal pada suatu malam yang tergesa-gesa.