Monday, June 7, 2010

Saya sangat perlu mengasah suara hati.

Saya tidak dapat mengingkari perasaan saya. Saya bukan orang yang religius, bukan juga yang acuh terhadap iman. Saya menyadari ada suatu kebutuhan untuk terus melayani dan berada di jalur yang benar.

Apakah saya sebelumnya telah melenceng dari jalur?
Hmm, saya rasa tidak, hanya saja akhir-akhir ini saya merasakan sudah jarang berkomunikasi secara spiritual dengan Allah, Yesus, dan Bunda Maria. Saya pergi ke gereja setiap akhir pekan, bukan berarti saya selalu berkomunikasi dengan Mereka.

Sudah lama saya ingin bergabung dan ikut kembali dalam rapat-rapat Legio. Setiap kali saya ingin pergi untuk rapat, selalu saja ada perasaan malas yang menggelendot di hati saya. Malas untuk pergi dari rumah. Malas untuk bertemu orang-orang. Malas untuk berdoa. Malas. Malas. Malas.

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan paket yang berisi 3 novel Paolo Coelho dari seorang teman Multiply yang belum pernah bertatap muka. Sebenarnya saya sudah pernah membaca ketiga buku itu sewaktu SMP, apa salahnya saya membaca ulang.

Buku pertama yang saya baca berjudul By River Piedra I Sat Down and Wept.
Novel itu bagus, banyak kalimat-kalimat yang inspiratif. Tentang cinta, masa-masa spiritual yang kita sering tidak sadari, tentang panggilan hidup, dll.

Blog ini saya tulis setelah pulang dari rapat Legio.
Saya harus memaksakan diri saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan rohani. Di kuliah kelas Agama semester ini saya diajarkan untuk terus mengasah suara hati. Suara hati itu membimbing manusia untuk melakukan kehidupan yang beriman. Cara untuk mengasah suara hati itu dengan menerima diri dengan berbagai siraman rohani.

Saya butuh mengasah suara hati untuk menjadi seseorang yang memiliki jiwa. Saya melihat banyak teman-teman saya sudah tidak menggunakan suara hati dalam kehidupannya. SAya tidak mau terpengaruh dengan orang-orang di sekitar saya.
Mereka membuang sampah sembarangan.
Mereka menyontek saat ujian.
Mereka menggunjingkan sesama teman mereka.
dan banyak lagi.
bukannya saya sok suci atau sok alim, bukannya saya tidak pernah melakukan hal-hal serupa. Saya hanya ingin memperbaiki kehidupan saya untuk diri saya, yang syukur-syukur hasilnya dapat kalian semua nikmati.


Suara hati menuntun kita dalam pilihan-pilihan sulit dalam hidup. Mendekatkan diri pada Tuhan tidak ada salahnya. Saya membutuhkan waktu-waktu spiritual yang hanya saya dan Tuhan yang dapat merasakannya.

Kalau kalian kebetulan membaca tulisan ini, saya tidak bermaksud ingin mengajarkan kalian soal iman. Kalau kalian merasa sudah memiliki suara hati yang benar, hidup kalian pasti akan tampak begitu indah. Momen-momen spiritual itu datang kapan saja, bisa saja saat kalian sedang melakukan aktifitas apa saja, yang perlu kita lakukan adalah menyadarinya. Suara hati akan membantu kita untuk menyadari momen spiritual itu, di mana ada perjumpaan kita dengan Tuhan. Bahayanya, bila kita tidak sering mengasah suara hati kita, momen-momen spiritual yang ditawarkan oleh Tuhan akan berlalu dengan sia-sia, kalian akan menyesal setelah menyadarinya.



No comments: