Tuesday, August 10, 2010

Tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui agama yang telah disediakan dunia

Akhirnya, selesai juga membaca novel ini, entah kenapa sejak liburan saya dilanda perasaan malas untuk membaca yang sangat parah. (baca buku maksudnya)
Novel ini dapat saya katakan absurd, seperti novel-novel Coelho lainnya, kenapa absurd? yah karena intelegensi pembacanya--seperti saya contohnya--susah untuk mengambil inti ceritanya.
haha okay, agar tidak dikira bodoh, saya akan mencoba menjabarkan pemahaman yang telah saya baca.

Coelho menceritakan sesosok wanita misterius yang bernama Athena melalui sudut pandang dari beberapa orang yang mengenalnya--atau bahkan sama sekali tidak mengenalnya. Awalnya cerita hanya berpusat tentang asal-usul Athena, dan sikap-sikap anehnya yang tidak biasa di lingkungan masyarakat.
Halaman demi halaman saya baca, pemahaman akan cerita ini semakin meningkat, saya menjadi lebih tertarik. Entahlah, menurut saya, cerita mulai menarik saat Athena memulai perjalanannya untuk mengisi kekosongan dalam dirinya, mencari apa sesungguhnya hakikat kehidupan. Athena mulai mencari guru-guru spiritual, dia pergi belajar kaligrafi ke padang pasir di Dubai, dia mencari ibu kandungnya yang seorang gipsi, dia bertemu seorang guru spiritual di Edinburgh, Skotlandia, tetapi kekosongan di dalam hatinya tetap masih ada.
Athena memiliki misi dan visi, dia menari hingga bertemu dengan Sang Ibu, Keilahian.

Ada beberapa hal yang dapat saya jadikan panutan dalam hidup ini,
Pertama, agama dibuat oleh manusia, saya setuju beberapa argumen Athena yang menentang agamanya, Katholik. Dia seorang yang taat, namun juga memiliki pemikiran-pemikiran yang bertolak belakang dengan ajarannya. Setiap agama memiliki kelebihan dan kekurangan, menurut saya tidak perlu sepenuhnya kita harus mengikuti ajaran agama, kita harus meyakini apa yang kita percayaain, dalam hal ini agama tidak berbanding lurus dengan kepercayaan. Di sini saya diajak untuk melihat, kenapa manusia lebih sering memohon pada Tuhan yang ada di balik awan, sedangkan di sekitar mereka ada alam yang menjamin kehidupan mereka, ya, benar yang saya tangkap di sini adalah kepercayaan Pagan, Coelho nampaknya ingin menyanjung sosok kefeminisan Allah. (Ayu Utami juga berpikiran demikian)
Tidak cuma itu saja, Coelho memberikan alasan mengapa orang-orang pindah agama, karena sebagian dari mereka merasa ditolak dalam agama mereka.

Kedua, novel ini sangat cocok untuk kondisi masalah keagamaan zaman sekarang, lihat saja banyak sekte-sekte yang ditangkap karena dinilai sesat. Kalian menilai itu sesat menggunakan kacamata siapa?? kacamata agama kalian kan? bukan dari sekte itu sendiri. ada beberapa kepercayaan yang memiliki sudut pandang yang benar, (memang sih kebanyakan juga punya tujuan hasrat seksual semata), nah yang kasihannya nih ya, kepercayaan-kepercayaan itu sering dibasmi oleh pemimpin-pemimpin agama yang sudah diakui oleh dunia, kesannya mereka sempurna karena memiliki pengikut yang banyak, kenyataannya adalah tidak semua orang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui agama yang telah diakui dunia. ITU SALAH!!!!

jujur aja ya, saya suka benci sekali dengan pemimpin agama yang munafik, gembar-gembor untuk membasmi agama yang dinilai menyimpang, ih tau apa mereka, tidak hanya itu saja, pemimpin agama yang munafik itu sering banget membualnya, membuat dukungan-dukungan dari para pengikutnya, sehingga yang ada kemunafikan!! SAMPAH tau nggak sih mereka itu.

oke, saya merasa sedikit gemas kalau membicarakan topik ini.

Ketiga, hmm nah novel ini juga menyajikan sisi romantismenya, pertama, yang namanya soulmates itu gak ada, setiap orang menikah, suatu saat bisa cerai, ya sudah, nanti kalau memang takdirnya akan bisa ketemu pasangan lain. Dalam soal-menyoal cinta, kita cinta seseorang, tidak perlu tuh mengharapkan cinta itu berbalas atau tidak, itu yang namanya cinta murni, bukan harus memiliki, bukan juga bertepuk tangan, :DDD
maksud saya, kalau kamu benar-benar cinta, ya sudah, berikan rasa itu, urusan perasaan dia terhadap kita yah itu bisa diatur, cinta toh tidak selamanya memiliki, cinta hubungan jarak jauh juga bisa bertahan lama tanpa harus bertemu fisik, karena sebenarnya rasa kangen itu adalah napsu, atau hasrat duniawi.

contohnya, saya cinta bapak saya yang sudah meninggal, walaupun ayah saya sudah tidak ada, saya masih mencintainya. :) nah itulah bentuk dari cinta (gitu sih intinya yang saya tangkep dari buku, hehehe)


banyak sih hal-hal lain yang diangkat. cuma itu aja deh, nanti saya terlalu banyak bertele-tele kesannya. :)

ciao,
Alfi


No comments: