Thursday, January 19, 2012

Malaysia Trip Day 1st: Central Market, Petaling Street, Chinatown, Pasar Seni, Bangsar Night Market, Titiwangsa

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. "We are going to Malaysia!!!" sorak saya gembira kepada dua travelmates, Atha dan Dzi. Walaupun kami sudah berada di bandara sejak dini hari, ternyata kami adalah salah tiga dari penumpang yang last minute calls.

Lari-lari naik ke pesawat sambil cekikikan.

Kenapa? karena kami tidak tahu bahwa harus mengurus tetek-bengek imigrasi dulu sebelum terbang ke KL. Itulah yang membuat kami lari terbirit-birit menuju pesawat. Belum lagi, saat pemeriksaan, saya tertangkap membawa pisau. Aduh Alfi, sudah tau dilarang membawa senjata tajam, kenapa masih dibawa juga?

Rencana perjalanan awalnya seperti ini:
8 Jan: ke Putrajaya bareng Nina dan Bangsar Night Market bareng Amanda.
9 Jan: ke Melaka bareng Rafi
10 Jan: keliling Kuala Lumpur City Center, having a party, nginep di condo Zohre, ke Sunway ketemu Vini
11 Jan: Batu Caves, and having a party at night
12 Jan: shopping time in Petaling street and around that.

Lihat kan? saya tidak merencanakan sesuatu yang mendetail, kami hanya membuat kerangka konsep tempat tujuan kami, masalah kecil-kecilnya belum kami pikirkan lebih lanjut.

Apa yang terjadi, saat kalian hendak lepas landas, tiba-tiba orang yang kalian harapkan membatalkan janji?
Teman orang Malaysia, Nina,  tiba-tiba membatalkan janji. Saya sempat bingung sejenak harus mengganti rundown, tidak mungkin ke Putrajaya dengan membawa-bawa tas pakaian  yang berat ini. Untuk keliling  Putrajaya enaknya dengan mobil pribadi, agar dapat berkeliling-keliling dengan puas. Kata Fahmi, teman sekelas, kalau jalan kaki bisa bikin gempor. Di hari pertama di KL rencana pertama kami sudah gagal. :(

Masalah bertambah, ketika host kami pada hari itu tidak juga membalas SMS. Waduh, kami akan tidur di mana malam itu? "Ya, udah dipikirin sambil jalan aja," begitu kata saya. 

lihat wajah sumringah kami :)

Pernerbangan kami dari pukul 6.25 WIB hingga 9.25 (waktu KL), sebelum lepas landas kami bertiga berdoa dahulu menurut kepercayaan kami masing-masing. Kami berdoa agar segalanya dimudahkan dan dijauhkan dari orang-orang yang berniat jahat. Nggak di kereta ekonomi, nggak di pesawat, walaupun penerbangan hanya butuh waktu 2 jam, saya berhasil untuk tidur pulas di kursi yang sempit itu. 




Tiba-tiba, TARAAA sampailah kami di Negeri Jiran!!
Sekilas mata memandang, ooh ini toh yang namanya Malaysia. LCCT nampak sepi jam 10 pagi. Tidak susah mengurus segala tetek-bengek-birokrasi di bandara LCCT. Semua berjalan mulus. 


Dan apa rencana kami setelah ini?
Host kami belum juga membalas sms saya.
Untung, saya menyimpan nomor ponsel Amanda, seorang perempuan Australia yang saya kenal melalui CS. Untungnya pula, Amanda ini segera membalas sms-sms kami.
Saat di bandara, Atha sudah membeli sim card nomor lokal, sehingga hal ini memudahkan kami untuk online dan sms-an dengan teman-teman kami di KL. Jangan ragu, di LCCT banyak gerai-gerai provider telepon yang akan melayani kalian dengan maksimal :)

Setibanya di LCCT, kami berunding singkat. Singkat saja: Hubungi Amanda, tanya apa plan untuk hari ini, siapa tahu kami bisa gabung dengan dia. Tanya Amanda apakah boleh menitip tas-tas kami di tempatnya. Awalnya kami agak sungkan untuk meminta tolong Amanda karena kami belum pernah bertemu dia.
Kami begitu gembira ketika Amanda menyetujui permintaan-permintaan kami. Sudah cukup kami berlama-lama di LCCT, tiba saatnya untuk menjelajah KL, destinasi pertama adalah Bangsar, tempat tinggal Amanda.

Bagaimana kami sampai ke Bangsar?
ah, gampang saja. 
Pertama, saya pilih bus Aerobus menuju KL Sentral. Bus ini menyerupai bus Damri yang ada di Jakarta, yang menghubungkan bandara dengan tengah kota. Kalian akan menemukan konter tiket Aerobus di pintu keluar LCCT, tidak susah menemukannya.

Satu jam perjalanan dari LCCT ke pusat kota, kami diturunkan di KL Sentral. Setibanya di KL Sentral, kami sempat bingung? tempat apa ini? kok gelap? Oh, ternyata kami diturunkan di basement. Dengan berbekal kertas map yang saya print dari rumah (sebenarnya tidak perlu nge-print juga, sewaktu di LCCT kalian bisa mengambil peta KL di bagian Tourism Office Center). Dari basement KL Sentral, naik eskalator. Kalian akan menemukan sebuah mall biasa yang cukup ramai orang berlalu-lalang. Cari transportasi yang kalian tuju.  Segera kami mencari loket tiket RapidKL menuju Bangsar (lihat Kuala Lumpur's Transit Rail Map, Bangsar terletak pada garis merah). Naik RapidKL untuk pertama kalinya membuat saya mengenang trip saya ke Singapura tahun 2007 lalu. Bersih, cepat, dan selalu ramai (walaupun tidak seramai kereta ekonomi Jakarta-Bogor). Bagi saya, kepadatan kereta ekonomi Jakarta-Bogor tidak ada yang bisa menandinginya (mungkin India bisa).

Dari stasiun RapidKL Bangsar, kami segera mencari bus menuju Bangsar Shopping Center (BSC). Amanda menyarankan kami untuk naik taxi saja, karena dia tidak tahu bus nomor yang lewat dekat areanya. Saat itu kami tidak tahu medan, sejauh apa Stasiun Bangsar ke BSC, akhirnya kami bertanya-tanya kepada orang sekitar. Kami mendapat jawaban, yaitu bus U87.
Menunggulah kami di halte bus di bawah stasiun Bangsar. Lama sekali bus itu tak kunjung datang, hingga akhirnya datang pula. Ini adalah pengalaman pertama saya naik bus kota di KL, busnya ber AC, seperti bus Transjakarta, bagi penyandang cacat diberi tempat khusus. Setelah beberapa hari di KL, saya mengamati rata-rata bus KL seperti itu. Wah, kapan ya bus kota di Jakarta peduli dengan penyandang cacat?

Sistem pembayarannya dilakukan ketika kita naik bus, kasih aja uang pas ke supir busnya, kalau punya kartu bisa dipakai juga, nanti kita akan dapat selembar kertas tipis yang berfungsi sebagai tiket kita. Bus-bus di KL tidak menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat, supirnya tertib dan mematuhi aturan, semua orang harus naik dan berhenti di halte bus. Patut dicontoh!

Perjalanan kami sekitar 25 menit menuju BSC. Jalanan tidak macet. Saat itu pukul 12 siang, panasnya KL bukan main, saya kira lebih panas daripada di Jakarta. Belum lagi, perut kami minta diisi makanan.
Karena kami sudah berada di BSC, sebuah mall besar nan mewah, kami tidak dapat mengelak untuk tidak mencari makan di luar tempat itu. Memasuki BSC mengingatkan saya seperti berada di mall-mall di Kelapa Gading, ditambah dengan nuansa menyambut Tahun Baru Cina. 

Foodcourt  BSC bernama Blurp!, konsep dekornya seperti Urban Kitchen di Jakarta. Saat masuk foodcourt, pembeli diberi sebuah kartu, segala transaksi akan tercatat dalam kartu itu, saat keluar  foodcourt kita harus membayar sebesar tagihan yang ada di kartu tersebut. Blurp! memiliki banyak pilihan makanan dari berbagai harga, ada yang agak murah hingga yang lumayan mahal. Jelas, kami memilih yang paling murah.
Makanan pertama saya setiba di KL adalah sepiring nasi Beriyani tanpa lauk dan segelas teh tarik hangat. Nasi Beriyani semacam nasi yang diberi bumbu kari, ini adalah salah satu makanan India-Muslim di sana.
nasi beriyani


Nikmatnya bukan main, porsi nasinya sangat banyak, dan teh tarik ini adalah teh tarik pertama yang saya minum di Malaysia. Sungguh enaaaaakk!!! Total untuk makan siang di sebuah mall mewah, cukup RM 5.20.

Kami bertemu Amanda di depan cafe Dome BSC. Begitu melihat sosok Amanda, saya langsung tertarik. Dia cantik dan menarik. Terlalu seksis ya saya?  Kami segera akrab. Dan dia orang yang sangat baik dan ramah. Beruntung sekali kami bertemu dan berkenalan dengan dia. Latar belakang Amanda, dia itu baru satu minggu datang KL untuk urusan pekerjaan, dia masih kuliah di Melbourne jurusan hukum dan bahasa, topik thesis akhirnya tentang privasi publik di internet terhadap perempuan di Australia. Begitu mengetahui dia menyukai topik feminisme, saya dan dia segera bertukar banyak cerita. kalau saya cerita tentang Amanda di sini akan sangat panjang, so, the point: Amanda is very awesome).

Oke, pertama kami diantar oleh Amanda ke kosan-nya yang terletak persis di seberang BSC, sebuah kamar kos yang cukup luas, ada ruang tamu, dapur, kamar mandi di dalam, dan kasur untuk dua orang. Kami menaruh tas kami dan sedikit merapikan diri sebelum memulai destinasi pertama kami.

Your next destination is Pasar Seni.
Dari kosan Amanda, kami harus ke Stasiun Bangsar lagi.  Kami tidak naik bus kali ini, tapi naik taxi. Jangan takut, taxi di KL lebih cepat, dan harganya murah. Cukup RM5 untuk 4 penumpang. Memang sih, kalau naik taksi di KL lebih baik beramai-ramai, sehingga bisa patungan,  hehe.

petaling street
Kami naik RapidKL lagi, dari Bangsar ke Pasar Seni. Cukup jalan kaki 2 menit, kalian akan menemukan sebuah tempat yang bernama Central Market. Area Central Market dibangun sejak 1888. Awalnya adalah pasar tradisional. Sekarang fungsinya masih tetap sama, yaitu sebuah pusat belanja, yang sangat turistik, dan barang-barang yang dijual seperti souvenir, postcard, gantungan kunci, batik, wayang, tas-tas kulit, aksesoris, dll. Awalnya saya sempat agak kecewa, karena barang-barang yang dijual sama seperti di Jakarta. Hari pertama saya sudah agak kecewa, ooh cuma segini-nih KL, isinya nggak beda jauh dengan di Indonesia. Mood saya agak menurun sedikit.


setelah ke Central Market, kami berjalan-jalan ke Pasar Seni dan Central Market. Lagi-lagi kompleks ini dipenuhi dengan berbagai jenis orang dari suku bangsa yang berdagang ini-itu.
in front of Katsuri Walk, beside Central Market

Di tengah perjalanan kami, ada satu teman lain yang bergabung. Katie dari US. Sebelum bertemu, saya dan Amanda pernah berhubungan dengan Katie melalui CS KL. Kami belum pernah bertemu dengan Katie sebelumnya. Kata Atha dan Dzi, Katie ini mirip Sherina Munaf. Saya tidak terlalu banyak bicara dengan Katie, yah, kami berbincang-bincang sedikit, tapi tidak terlalu dalam, seperti saya berbicara kepada Amanda.


Grup kecil kami yang terdiri dari 5 cewek kece ini menuju sebuah candi Hindu di dekat daerah Pasar Seni, tepatnya terletak di Jalan Bandar. Sri Mahamariamman Temple. Untuk masuk ke sini tidak bayar, tapi harus lepas sepatu. Ada tempat penitipan sepatu, RM 0,20 per pasang. Mayoritas yang berdoa di sini adalah orang India. Candi ini ditemukan sejak tahun 1873, tapi kalau melihat bangunan yang sekarang, saya tidak menemukan unsur-unsur kekunoannya lagi. Patung-patung dewa-dewi dipahat dan diberi warna yang meriah. Kami berlima sempat berpikiran ini adalah candi yang baru dibangun, ternyata candi ini sudah lama ada namun telah mengalami banyak renovasi.

Bangsar Night Market
Kata Amanda sih, Bangsar Night Market itu keren. Mendengar namanya saya kebayang ada kayak pasar malam gitu, banyak yang jual makanan.
Pas sampai sana, eh belom buka. Jadi kami jalan-jalan dulu deh di Bangsar Village, sebuah mall yang sama mewahnya seperti BSC, seperti Mall Kelapa Gading.


Atha, saya, Dzi, Amanda, Katie di depan Bangsar Village
Bangsar Night Market. Semacam pasar dadakan yang dimulai pukul 5 sore, ada ikan segar, kue-kue, buah-buahan, makanan lain. Saya, Dzi, Atha beli satu martabak seharga RM 3 sebagai makan malam kami, satu martabak untuk bertiga, saya beli Pulut Udang, semacam lemper diisi abon udang. Saya dan Amanda patungan membeli rambutan, seharga RM2, karena Amanda belum pernah makan rambutan, katanya. Ternyata, rambutan di KL kulitnya keras, dan kurang manis. Rambutan Indonesi emang ga ada yang ngalahin :)
Setelah agak lelah berkeliling pasar, kami agak menghedon sedikit di sebuah kafe Papa Rich. untuk segelas minuman, dijual sekitar RM 5-7. Tempatnya oke buat nongkrong-nongkrong dan minumannya banyak macamnya. 



Oh ya, akhirnya host kami membalas sms saya, dan dia bilang sedang berada di rumah, kalau mau menginap silakan datang saja.

Langit di KL jam 7 malam sama seperti saat pukul 6 malam di Jakarta. Kami  kembali ke kos Amanda untuk mengambil tas. Kami berjalan kaki dari Bangsar Village ke BSC. Jalannya mendaki dan membutuhkan waktu 30 menit hingga sampai ke tempat Amanda. Di perjalanan saya dan Amanda banyak membicarakan tentang Australia.

Setelah makan malam di kamar Amanda, kami segera pamit dan mengucapkan terima kasih.

Host kami tinggal di area Titiwangsa. Kalau lihat di peta sih lumayan jauh dari Bangsar. Kami pilih naik taksi, dari St. Bangsar naik RapidKL menuju KL Sentral, lalu keluar jalan kaki menuju stasiun monorail KL Sentral, 500 m jalan kaki lah.

Baru kali ini kami naik monorail di KL, hampir sama seperti RapidKL, Bersih dan cepat, tidak perlu menunggu hingga 5 menit, kereta monorailnya sudah datang. SALUT BANGET sama akomodasi di KL.

Nama host kami adalah Zaki, seorang cowok Mesir yang kuliah di KL. Sebenarnya saya kurang begitu tahu kultur orang Mesir seperti apa, tapi saya tertarik untuk mencari tahu hal itu.

Sesuai petunjuknya, tibalah kami di depan Condominium Titiwangsa Sentral. Terjadilah pertemuan pertama kami dengan Zaki, tiba-tiba jantung mau copot, Si Dzi udah melirik-lirik saya aja,
Ada apa?

Ya TUHAN!! ganteng banget si Zaki!! sumpah, sebelumnya saya cuma lihat fotonya di CS, tapi ya biasa aja, ternyata aslinya emang ganteng. Parah gantengnya. Badannya besar banget,kulitnya putih bersih, bulu matanya lentik banget, kalau kami ngobrol harus pakai acara dongak-dongak segala. Agak capek sih jadinya, tapi semua itu terbayar kok ketika melihat wajah tampannya.

Zaki mengajak kami masuk ke kondonya yang baru ditempatinya selama 2 bulan. Kondominiumnya itu baru selesai dibangun 6 bulan yang lalu, jadi masih kelihatan sekali barunya. Kolam renangnya luas, ada tempat gym nya besar, semua serba baru. Dan begitu kami masuk ke kondo Zaki, hal pertama yang bikin saya kaget dan shock berat, ketika saya melihat ada banyak sepatu di depan pintu. JESUS!! dan begitu Zaki membuka pintu, terlihatlah cowok-cowok Timur Tengah yang kulitnya rata-rata hitam (beda banget sama kulit si Zaki) sedang duduk nonton siaran bola.

Mampus nih, kondonya isinya cowok semua. Gimana kalau kami, cewek-cewek, diapa-apain. Untungnya, perasaan negatif itu hanya berlangsung sebentar, kami segera bertemu satu cewek kecil bernama Jini, yang adalah housemate Zaki. Orangnya ramah dan baik. Perasaan saya agak aman sedikit. 

Zaki menunjukkan kamarnya yang boleh kami tempati. Kamarnya luas, kondonya Zaki juga luas, ada 3 kamar utama.

Setelah itu, si Zaki ninggalin kami. Dia asyik dengan kawan-kawannya untuk menonton bola. Awalnya saya berharap akan ada percakapan yang panjang bersama dia, tapi apa boleh buat, dia terlihat sibuk. Jadi kami bertiga berkutat di kamar sambil wi-fi-an dan berdiskusi kecil tentang trip selanjutnya.


Malam itu kami mengakhiri hari yang panjang ini dengan mandi. Hari pertama sudah membuat kami lelah. aah! Tidur pun jadi sangat pulas.

Ketika bangun, kenyamanan kami berganti menjadi kekhawatiran. Baca catatan perjalanan saya hari kedua di Malaysia di sini.

Untuk melihat album foto kami di hari pertama, bisa ini.
Untuk mengetahui rincian biaya yang kami keluarkan selama di Malaysia bisa baca ini.

No comments: