Tuesday, September 18, 2012

Bajo ooh Bajo 3 hari padamu: Cuap-cuap dari Komodo-Gili-Bali Trip (Day 3)

Ini sudah tiga hari kami dalam perjalanan, kami belum juga sampai di tempat tujuan. Labuhan Bajoo oh Labuhan Bajoo, kapankah kami sampai padamu??
foto bareng Kapolsek sebelum berpisah :)

Keindahan pagi di antara Bima dan Sape
Pukul 04.00 kami sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Sape. Setelah berterima kasih dan bersalam-salaman dengan polisi-polisi Bima yang super ramah, kami segera berjalan kaki menuju terminal Bima, yang letaknya hanya 50 m dari polsek.
Di terminal sudah ada banyak mobil colt yang siap mengantar penumpang menuju Sape. Mobil Colt kami berangkat pukul 05.00 dan tiba di pelabuhan Sape pukul 07.00. Selama dua jam perjalanan saya sangat menikmati pemandangan. Udara pagi yang masih sejuk sangat menyenangkan untuk dihirup. Saya duduk bersebelahan dengan Qtul, sepanjang jalan kami berkaraoke ria dari bangku paling belakang, kami menyanyikan lagu apapu yang disetel oleh supir bus. Mulai dari dangdut sampai lagu Ebiet GD. Kami bernyanyi riang, tak peduli penumpang lain mungkin ada yang menutup telinga karena suara cempreng kami :) Di sebelah kiri saya ada Stan, yang nampak terpukau dengan matahari terbit yang menemani sepanjang perjalanan antara Bima dan Sape.
Pagi itu suasana hati saya benar-benar sungguh menyenangkan :) Pemandangan perbukitan kapur yang tidak biasa saya saksikan membuat saya selalu terkagum-kagum pada tanah Sumbawa.

Sarapan di Sape
kondisi bus kami ketiba tiba di Sape
Mobil Colt itu akhirnya sampai di Sape sekitar pukul 07.00. Saat tiba di Sape, suasana yang tadinya pegunungan kini berubah menjadi suasana pelabuhan. Lautnya warna biru terang, beda jauh dengan pelabuhan Tanjung Priok. Di Sape, saat saya lihat ke tepi pantai, banyak ikan-ikan kecil berenang-renang, indah sekali!
Karena kami dari Bima belum sempat sarapan, akhirnya kami mencari di area pelabuhan  apa ada rumah makan yang sudah buka. Sebagian besar, warung-warung atau rumah makan masih belum buka. Akhirnya kami menemukan rumah makan padang Citra yang nampaknya baru buka.
RM Citra Minang di dekat pelabuhan Sape
Seperti trip-trip sebelumnya, saya mengerahkan teman-teman untuk membawa lauk pauk kering. Alhasil, di rumah makan ini saya hanya pesan nasi putih saja. Karena Qtul membawa kering teri, Mentari bawa abon, saya bawa pilus. Kami makan lauk kering kami dengan lahapnya. Lumayan untuk menghemat budget perjalanan kami.

Karena kapal ferry akan berangkat pukul 09.00, kami memutuskan untuk berleha-leha sambil menyeruput teh manis hangat.

Pelajaran telat naik ferry...
Perlu kalian ketahui, bahwa penyeberangan Sape-Labuhan Bajo itu hanya ada 2x sehari, bahkan kadang-kadang 1x sehari. Kalau jadwal penyebrangan pertama yaitu pukul 09.00, maka sebaiknya jangan datang jam 9 kurang, datanglah 2 jam sebelumnya. Untuk apaa???
untuk mengantisipasi kalian mendapat tempat duduk dengan layak.
Inilah yang harus kami hadapi, berkat berleha-leha di rumah makan Padang, akhirnya saat tiba di kapal ferry, sudah tidak ada kursi kosong untuk kami. alhasil kami harus ngemper. Alamaaak... Awalnya rada malas, tapi berhubung kami bersepuluh, jadi dibuat asik aja :)
duduk di lantai tidak menjadi kendala :)

Ferry yang kami tumpangi ini bernama Kapal Cakalang Ferry, saat itu ada keterlambatan sekitar 45 menit. Akhirnya ferry benar-benar bergerak pukul 09.45.

Yang perlu diperhatikan adalah, di penyeberangan Sape-Bajo atau sebaliknya, tiket ferry akan diperiksa di atas kapal, sama seperti naik Commuter Line Jakarta-Depok. Pastikan tiket ferry kalian tidak tercecer atau hilang yaa :)

saran: kalau kalian memang tidak dapat tempat duduk di penyeberangan ini, kapal ferry Cakalang memiliki ruang eksekutif, atau VIP yang dilengkapi kursi empuk di dalam ruangan ber AC. Kalian bisa berselonjor di sana, bobo-bobo cantik.. eits, tapi kalian harus rela juga membayar Rp10.000 begitu keluar dari sana. :)

Membunuh 8 jam di laut...
kalau kalian sudah menempuh 13 jam perjalanan di bus Mataram-Bima, saya rasa 8 jam di kapal ferry tidak terlalu menyusahkan kalian. Yang menjadi persoalan adalah...
lalu bagaimana membunuh 8 jam itu agar tidak mati kebosanan???? (karena tidur bukanlah pilihan yang tepat, karena tempatnya tidak mendukung untuk tidur yang berkualitas)
Sebelum berangkat saya sudah mewanti-wanti dua kerabat, Qtul dan Mentari untuk membawa kartu Uno dan Remi, katanya mereka nggak punya. Haduuh.. Setidaknya kartu-kartu itu dapat membunuh waktu kami di kapal.
Untungnya, Daniel punya ide yang brilian, dia menawarkan permainan yang bagi saya masih baru. Anggota yang lain juga belum pernah main permainan itu.

Wolf, Seer, and Villagers. 
itulah permainan yang membantu kami melewati 8 jam perjalanan di laut. Permainan ini adalah permainan yang mengasah kejelian, logika, dan kecermatan. halaah.. intinya sih kita harus menebak siapakah serigala yang ada di dalam kelompok kita. Cara menebaknya harus dengan adu argumen. Karena ini permainan yang baru buat kami, jadi sangat seru. Tanpa sadar kami bikin heboh di geladak kapal. Orang-orang yang tadinya tidur jadi bangun gara-gara kami berisik. Setelah beberapa kali putaran, mungkin sekitar 8 kali putaran, akhirnya kami sampai juga di pelabuhan Labuhan Bajo!!!!! YEAY!!!
FINALLY!! its in Labuan Bajo already!

Mencari Penginapan di Bajo..
kalo inget kata Suci (teman sekelas), "lu keluar dari pelabuhan juga pasti banyak nemu penginapan."
Memang benar sih, banyak tulisan "Penginapan" atau "Hostel" atau "Hotel". Masalahnyanya adalah... mana penginapan yang oke, sesuai kantong, dan berkualitas?
Daniel dan Yohan melalui gadgetnya menemukan rekomendasi penginapan yang bagus dan oke. Seturunnya kami dari kapal, kami segera mencari penginapan yang dimaksud. Daniel, Aisis, Yohan segera menyambangi Gardenia Hostel. Saya, Mentari, dan Qtul mencari back-up-an penginapan, siapa tau ada Gardenia Hostel-nya full booked. Dan memang benar saja, Gardenia Hostel penuh.
Saat menerima kabar itu, saya sedang bernego dengan pemilik Hostel Mutiara.

Mutiara Hostel is recommended by me ;)
Penginapan ini sangat strategis karena letaknya yang hanya beberapa meter dari pelabuhan. Tambahan lagi, penginapan ini seperti rumah kos-kosan yang bersih, sehingga saya merasa cukup nyaman untuk bermalam di sini.
satu kamar ber-AC seharga Rp200.000, kalau mau nambah ekstrabed dikenakan biaya Rp25.000 per bed. Satu kamar normalnya untuk 2 orang. Untuk kamar dengan kipas angin harganya Rp125.000 per malam. Setelah melakukan penawaran yang tidak berkelit-kelit, kami dan pemilik penginapan sepakat untuk membayar uang sewa 3 hari di muka. Rp500.000 untuk 2 kamar per malam dengan AC, dan Rp300.000 untuk 2 kamar per malam tanpa AC. Setiap kamar diberi 2 ekstrabed.

Saran: kalau mau bermalam di sini, sebaiknya pilih kamar ber AC, karena jauh lebih bersih dan bagus. 

Makan Malam Terenak Sepanjang Trip
Berkat rekomendasi pemilik penginapan, kami menyantap hidangan seafood yang sungguh luar biasa enak. Letaknya ada di Jl. Soekarno Hatta, dekat pelabuhan, cukup jalan kaki 10 menit dari hostel. Warung tenda ini terletak di urutan pertama tikungan jalan. Jangan sampai salah mampir ke tenda yang lain yaa...
malam itu saya memesan ikan baronang. Pesanannya sangat lamaaa sekali datangnya. Untung kami ribut sendiri dengan plan hari esok, sehingga dapat lumayan mengalihkan perut yang sudah keroncongan.
Awalnya ekspektasi saya tentang masakannya akan biasa saja.
Ternyata saya salah total! Ketika ikan baronang bakar itu datang, seperangkat teman-temannya, seperti terong, lalapan, dan sambel. waaah kebahagian itu menjadi komplit ketika saya mencocol ikan dengan sambal.
Ya Tuhan, bumbu ikan bakarnya, sambalnya, terongnya: ENAK BANGET!!!

What should you do if your trip over the budget?
hal itu wajar.. jadi tenang aja..
apa yang terjadi?
Ketika kami ingin mencari kapal lokal untuk menyeberang ke Pulau Komodo dan sekitarnya, kami menemukan satu makelar kapal yang menawarkan kapal seharga Rp5 juta 2 hari 1 malam.
WHAAAT??? its way way tooo much over the budget!!!
karena kami awalnya hanya menyediakan budget sebesar Rp40.000 per orang. Harga itu  kami ambil dari rincian perjalanan salah satu teman sekelas saya, Suci.

setelah kami tanya sana-sini... akhirnya Intan punya teman yang tinggal di Labuan Bajo, dan temannya itu bisa membantu mencarikan kapal untuk kami. Harga termurah yang kami dapatkan adalah Rp4.000.000/10 orang. Setelah berdiskusi baik buruknya, akhirnya kami setuju untuk menyewa kapal dengan dana yang 10x melebihi budget semula. Mau tak mau, kami harus tambal sulam budget yang ada.
Saya merasa sangat beruntung sekali, ketika perjalanan kami menemukan hal-hal di luar dugaan, tim kami bisa menemukan penyelesaiannya. Memang selalu ada jalan untuk setiap permasalahan :) Senangnya saya saat itu.

Tidur di Hotel Mutiara itu rasanyaa....
Kalian harus tahu!! Setelah 3 hari di perjalanan, tidur di ferry, di bus, di jalan, akhirnyaaa oh akhirnyaa saya menemukan ranjang yang layak, AC yang sejuk, untuk saya berbaring sejenak merasakan kenikmatan tidur yang seharusnya.
dan begitulah hari ketiga saya berakhir di ranjang yang "empuk".

Pengeluaran hari ketiga
Pengeluaran kelompok:
Bus Colt dari Bima ke Sape Rp20.000/orang
Naik Ferry dari Sape ke Labuhan Bajo Rp 46.000/orang
Penginapan AC  hari pertama di Hotel Mutiara, Labuhan Bajo Rp500.000/ 2 kamar/ 10 orang = Rp50.000/orang/malam

Pengeluaran individual:
Sarapan di Sape beli nasi ½ posi Rp1.500
Teh hangat di Sape Rp3.000
Makan malam di Labuhan Bajo Ikan Baronang + teh hangat + nasi + lalapan Rp20.000

Mau lihat foto-foto kami, silakan klik di sini
Nantikan terus cerita perjalanan hingga hari kesepuluh yaa!!

No comments: