Wednesday, August 21, 2013

Di Balik Terciptanya sebuah Skripsi: Sebuah Catatan dari Mahasiswa yang Super Malas

Satu semester, kurang lebih 6 bulan, gw bergulat dengan apa yang namanya disebut "Skripsi". Sebelum gw masuk ke tahap ini, gw sudah sering mendengar komentar para senior tentang penderitaan mengerjakan skripsi. Pain in the ass, they said. And, hell that is true!!

Selama proses pengerjaan skripsi, gw mengalami jatuh-bangun, trials and errors.  Proses tersulitnya adalah mendisiplinkan diri sendiri. Disiplin terhadap waktu karena sangat sulit untuk menjadwalkan diri sendiri untuk terus menulis skripsi agar selesai tepat waktu. Dan gw bukan salah satu mahasiwa yang disiplin. Gw adalah mahasiswa super malas yang senang menunda-nunda pekerjaan. 

Di awal pengerjaan skripsi, saat penulisan bab pertama yaitu "Pendahuluan", gw masih semangat '45. Masuk ke bab kedua, tentang profil kepengarangan Dewi Lestari, gw juga masih semangat. 
Jeng.. jeng.. gw tiba di bab ketiga, yaitu "Landasan Teori". Bab ini sempat membuat gw jiper setengah mampus. Semua buku teori yang gw pakai berbahasa Inggris, belum ada buku teori tentang ekokritisisme dalam bahasa Indonesia. Mending kalau bahasa Inggrisnya gampang, ternyata buku-buku teori yang gw pakai bahasa Inggrisnya susah mampus, pakai ranah akademis, terus para ahlinya membicarakan sastra-sastra dunia, yang gw belum pernah baca. Di awal pengerjaan bab tiga ini gw bener-bener keringat-dingin. Hal yang paling gw takutkan adalah ketika gw baca buku-buku teori dengan bahasa Inggris yang superdewa itu, gw takutnya ada salah interpretasi teori. Ini teori, cuy. Gw harus berhati-hati, salah menerjemahkan, bisa bahaya buat analisis skripsi gw.
Akhirnya, gw berkutat sama bab tiga itu cukup lama, (ditambah gw yang senang berfoya-foya menghabiskan waktu untuk kegiatan yang nggak penting, seperti tidur dan main internet).

Ketika bab tiga sudah selesai, dan dosen pembimbing sudah oke. Saatnya gw menghadapi level berikutnya, yaitu bab keempat yang berisi analisis intrinsik. Kata temen-temen sejurusan sih, di bab inilah yang paling berat, karena harus menganalisis data skripsi. 

Sebagaimana mahasiswa yang tidak disiplin, gw malah berleha-leha, menunda waktu hingga mendekati tenggat. Nggak tahu kenapa, gw kayaknya waktu itu males banget masuk ke bagian analisis. Soalnya otak gw kosong, belom ada kepikiran bagaimana menganalisis data gw ini. Gw malah jalan-jalan ke Jogja, datang ke acara Waisak-an di Candi Borobudur. Gw kencan melulu. Gw juga selingkuh ama cowok lain. Nonton bioskop. Datang ke acara-acara kebudayaan. Gw juga masih sempet-sempetnya ngurusin visa ke Belgia. GW sempet jatuh sakit gara-gara obat yang dikasih dokter. Pokoknya kehidupan gw seperti nggak ada tanggungan. 

Dan hasilnya apa? sekitar tiga minggu sebelum batas penyerahan skripsi, gw belum siap sama sekali dengan analisis gw. Perlu diketahui, yang harus gw tulis saat itu: analisis intrinsik, analisis ekstrinsik, kesimpulan, daftar pustaka. Gw nggak bisa bilang itu gampang. Gw sempat jiper juga melihat teman-teman yang sudah hampir rampung analisisnya. Gw?? meh. Boro-boro mulai. 

Kacau banget saat itu. Gw udah ketar-ketir. Tunggang langgang. Liat anak-anak yang lain sudah selesai skripsinya, sudah tahu segala dengan tanggal sidangnya. Gimana hal itu nggak horror?

Bagaikan keledai yang dipecut, akhirnya gw mulai berjuang melanjutkan menulis skripsi. Dan gw masuk ke fase di mana gw sudah mulai bergadang. Gw tidur siang doang, kalau malam gw kerja di depan laptop, di sela-sela itu gw masih sempet curi-curi main internet. 

Dua minggu sebelum tenggat, gw masih juga berkutat analisis intrinsik. Kacau banget euy. Dan gw mulai religius lagi. Gw mulai berkomunikasi dengan Tuhan secara intensif. Gw bener-bener takut kalau skripsi ini nggak tepat pada waktunya. dan gw juga takut kalau gw asal-asalan nulis skripsi ini, pasti nanti di sidang dosen-dosen bakal ngebantai habis gw. Gimana dong?

Yah mau nggak mau, gw harus menyelesaikan apa yang sudah gw mulai dari awal. Gw suka topik gw. Gw mau berjuang untuk itu. Gw mau lulus. Gw mau dapat nilai yang memuaskan. Oke gw emang banyak maunya. Kemauan gw inilah yang membawa gw ke dalam dua minggu dalam penderitaan yang sesungguhnya. 

dan setelah penderitaan itu..

akhirnya skripsi gw dinyatakan sudah layak disidangkan. 
HORAAY! 

eits, belum sampai di situ, karena ketika dosen pembimbing sudah bilang "Yak, skripsi kamu sudah layak sidang."

itu artinya, gw harus maju ke tahap berikutnya, yaitu revisi dengan para penguji. 
Jadi gw menyerahkan skripsi gw ini kepada dua calon penguji sidang. Mereka akan membaca skripsi gw selama seminggu. Kemudian mereka akan memberi masukan. Nah, pengalaman teman-teman gw bermacam-macam, ada yang dapat penguji yang baik jadi revisinya sedikit, ada juga dapat penguji yang beda pandangan sehingga ada beberapa teman yang disarankan mengubah konten skripsinya. Sadis ya?

Gimana penguji-penguji gw? Yah, mereka keduanya oke. Kata mereka, skripsi gw sudah layak sidang, hanya ada beberapa kesalahan EYD saja, hal itu tidak fatal. *elus-elus dada*
Gw senang banget ketika mereka senang dengan skripsi gw. :)

Inilah bentuk skripsi gw beserta novel yang gw pakai sebagai data acuan..




Dan setebal apa sih skripsi gw?


Ya segitu saja tebalnya.


P.S: Buat teman-teman yang sedang berjuang mengerjakan skripsi. Ayolah semangat! Kalau kita niat pasti bisa selesai tepat pada waktunya. 


Penasaran untuk tahu bagaimana skripsi ini dibantai? ayo baca blog berikutnya. 

No comments: