Wednesday, September 25, 2013

Kortrijk Beserta Isinya

Akhir pekan kemarin saya ke Kortrijk, sebuah kota tua yang tidak terlalu besar, tidak sebesar Gent. Sebelum ke sana, saya tidak mencari tahu apa yang spesial dari kota itu. Saya sempat juga bertanya pada beberapa orang, mereka bilang Kortrijk tidak ada apa-apanya, kecuali pusat perbelanjaannya. Wah kebetulah sekali, selain mau bertemu dengan seorang teman dari Ekuador, saya juga ingin mencari baju musim dingin.
Sehari sebelum keberangkatan, saya sempat ngobrol dengan Kary, si ekuadorian itu, melalui Whatsaap. Kami janjian untuk bertemu di Stasiun Kortrijk jam 12 siang. Dia akan mengajak saya makan burger, yang konon katanya paling enak se-Belgia. SE-BELGIA. Penasaran kan?

Tibalah saya dan mas doi di Kortrijk. Ini pertama kalinya saya ketemu Kary, karena sebelumnya kami hanya berkomunikasi di dunia maya. Dia cantik banget. Khas tipikal gadis latin, wajahnya mengingatkan saya pada teman sekelas saya dulu, Maria Belen, campuran Indonesia-Argentina. Cantik.
Tidak berapa lama, kami diperkenalkan dengan Jan, pacar Kary. Orangnya tinggi, rambutnya panjang sebelah, kacamatanya Giogio Armani, nyentrik berseni, kalo kata saya. Dua pasangan ini oke banget, nyeniman banget.

Paul's Boutique: Burger terlezat di Belgia
Kary dan Jan menggiring kami ke Paul's Boutique. Well, Paul's Boutique kali ini bukan nama brand, tapi ini adalah sebuah burger bar. Design interiornya gaul, sedikit reggae, lagu-lagu yang diputar cool (walaupun saya nggak ngerti itu lagu-lagu apaan), furnitur-furnitur yang dipajang juga pas dengan konsep barnya. Karena katanya ini adalah burger terenak di Belgia, begitu kami datang antriannya sudah panjang, maklum jam makan siang. Saya pesan burger dengan judul Paul's Boutique, seharga €6 aja. Buat yang vegetarian kayak si Kary itu, jangan khawatir karena mereka juga menyediakan burger dan hotdog untuk para veggie.
oke banget deh!
Setelah kami menyebutkan pesanannya, kami langsung cari tempat duduk. Ternyata sistemnya beda. Kalo di Jakarta: pesen dulu baru bayar. Di sini, pesen dulu, cari duduk, nungguin pesenannya datang, makan, bawa piring sisa makan ke kasir, lalu bayar. Dalam hati, wah kalo di Jakarta, tempat kayak gini cepet bangkrut. Gimana nggak? kalo abis makan langsung kabur tanpa bayar. Ini dia nih pesenan saya. Begitu datang saya langsung sambar aja, lupa buat difoto. Untung mas doi ngingetin. heheee.. Dan bener aja lho, ini memang burger pertama yang saya makan selama ada di Belgia, rasanya enak banget. Burger K*ng kalah jauh. Ca*ls Jr juga kalah. Paul's Boutique dahsyat banget! Bikin nagih. Bikin pengen ke Kortrijk lagi. Apa daya, duit.. cui.. dana terbatas.. hiks...

Burger Paul's Boutrique, Kortrijk
K-Kortrijk: mall lengkap dengan sosialitanya....
Waktuu dalam perjalanan, Kary membisiki saya, "Jangan heran, di sini banyak orang aneh." Dan bener aja lahh...Anehnya juga macem-macem. Ada yang perilakunya aneh, ada juga yang emang dandanannya aneh. Contohnya pas kami lagi jalan di pusat perbelanjaan, ada cowok Asia, (sepertinya dari Asia Tenggara), ngomong pakai bahasa Inggris yang aneh, terus sambil menjajakan diri ke pria-pria berjas yang lagi lewat di jalan ini. Weird banget. Ada lagi, saya baru melihat pertama kali ada pengamen di Belgia, cewek India berlutut terus sambil minta sedekah. 
Begitu sampai di mall, mall yang cuma ada satu-satunya di kota itu. Mall yang cuma 3 lantai, mall yang kecil itu. (oke saya mulai membanding-bandingkan mall Jakarta dengan mall Belgia, cukup). 
Kami mampir ke Zara. Nggak ada yang menarik. Harga juga bikin ga menarik. Si  Jan rekomendasiin kami ke Pull & Bear. Waktu di Jakarta, saya ogah banget masuk-masuk ke tempat ginian, karena saya tahu nggak punya duit buat belanja baju mereka. Tapi pas masuk ke Pull & Bear, saya lihat tag harga-harganya nggak bikin mual. Ada yang masih sanggup saya beli. Dan saya nemuin jaket keren cuma dengan harga €27. sayangnya buat laki. Akhirnya saya suruh mas doi beli, karena jaketnya bagus. 


di Pull & Bear saya nemu jaket bagus juga sih buat musim dingin. Kata mereka, jaket ini bakal nahan dingin. Tapi pas saya lihat harganya di atas €50, jadi saya ciut duluan. Mas doi bilang harganya termasuk murah untuk ukuran jaket musim dingin. Saya masih kekeuh nggak mau. 
Kami lanjut ke Hema, yaitu semacam pasar swalayan yang menjual abrakadabra. Di sana saya nemu legging 180 den. Kata Kary legging kayak gini anget kalo dipakai sama jeans pas musim dingin. Saya termakan sarannya. Akhirnya saya belgi juga. Soalnya legging yang saya bawa dari Jakarta terlalu tipis untuk cuaca di sini. Dari Hema, kami ke Saturn, semacam Electronic Solution di Indonesia. Saturn menyediakan berbagai macam barang-barang elektronik. Si mas doi akhirnya beli splitter buat headset. Jadi kalo mau nonton film di laptop bisa pakai headset masing-masing.

Si Jan sama ramahnya dengan Kary. Dia tanya apa rencana kami. Saya bilang kami mau lihat Decathlon, semacam Sport Station di Jakarta. Sayangnya Decathlon terletak di luar pusat Kortrijk. Lalu, dengan baiknya si Jan menawarkan jasa mengantarkan kami dengan mobilnya, tentunya dengan gratis! aah senangnya.. Sebelumnya kami harus ambil kunci mobil dulu ke apartemennya Jan. Selama kami menunggu si Jan, Kary mengajak kami minum-minum cantik dulu di kafe de Dingen seberang apartemennya Jan. 
Saya pesan mocca €3.20, Kary pesan ekspresso, dan Stan pesan appelsap. Kami ngobrol-ngobrol, dan tiba-tiba kami bertemu teman-temannya Kary. si Paulo. Paulo sedang bersama teman-temannya. Ada Inez dan Eduardo. Mereka bertiga adalah orang Portugis. Kemudian mereka bergabung dengan kami untuk nge-bir. Kami ngobrol ngalor ngidul, sampai akhirnya Jan ngajak untuk segera berangkat, soalnya jam 5 dia harus pergi, dan karcis parkirnya sudah mau habis. 
Ngomong-ngomong soal karcis parkir, si Jan ngajarin kami gimana cara mengelabui petugas parkir. Jadi di Belgia itu, ada beberapa tempat parkir dengan mesin otomatis. Karcisnya itu harus ditaroh di dalam, di atas dashboard, jadi kalo petugas datang bisa liat waktu di karcis itu. Kalo karcisnya lewat dari jamnya, akan dikasih surat tilang. Terus, ide cerdiknya, dia menyebarkan karcis-karcis parkir lama di atas dashboard.  Contohnya kayak gini nih.. 

sebelum ke Decathlon, kami diajak mampir dulu sama si Jan ke toko army. Di sana banyak banget barang-barang tentara kesukaan Jan. Semuanya buat ukuran laki bule, kayak kaus kaki paling kecil ukuran 42. Oke deh, bye-bye.. Sesudah ke sini kami langsung ngibrit ke Decathlon. Dan gedungnya ternyata gede bener. Kayaknya apa aja dijual deh. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 16.20. Si Jan bilang, "oke, gw kasih waktu 10 menit buat nyari apa yang lu butuhin." terus si Kary bilang, "Bohong deh, si Jan seneng banget ke Decathlon, 10 menit lebih paling."
Berkat bantuan Jan yang udah hafal lokasi-lokasinya, kami nggak perlu makan waktu untuk cari-cari. Jan itu semacam pegawai Decathlon yang tahu di mana letak barang-barang yang dibutuhkan customer. 
Akhirnya saya milih fleece ini. Tapi yang warnanya light beige. Emang sih modelnya biasa banget, tapi bahannya lembut. pengen bikin diusap-usap mulu. Harganya  €9.95. 


Abis dari Decathlon kami di drop di apartemennya Kary. Soalnya si Jan udah buru-buru banget mau pergi karena udah janji sama orang. Apa nih agenda kita selanjutnya? Si Kary bilang kami bisa gabung lagi sama si Portugis itu. Di sela-sela itu, saya mikir-mikir lagi. Duuh, jaket di Pull & Bear itu bagus... Jadi kepengen... tapi harganya... tapi kalo saya nggak nemu di tempat lain gimana? terus banyak pergulatan. Sampai akhirnya, "Kary, apa kamu nggak keberatan kalo kita balik ke Pull & Bear?"
si Kary dengan baiknya, "Ah ya ayo ayo... ga apa-apa..."

Akhirnya.. saya beli jaket jenis Nylon Parka. Warnanya navy blue. cocok buat baju-baju saya di sini, yang kebanyakan warna biru. hehe... Kelak ketika udah sampai rumah, saya pakai kalkulator mengkurskan Euro-Rupiah, saya kaget banget harganya... baru sadar... kalo di Jakarta, harga segitu mahal banget buat saya. Baru seumur hidup ini saya beli jaket di atas satu juta rupiah.. Ampuni saya.... Tapi emang saya butuh banget.. gimana dong? Jadi, untuk melipur hari yang lara, saya coba surfing dari site satu ke site yang lain, kayak Mango, Zara, H&M, Guess, Esprit, dkk, emang sih banyak model jaket parka yang kayak saya punya, tapi harganya memang lebih mahal-mahal. H&M ada yang murah, tapi... bahannya beda dengan yang saya punya. Jadi saya sedikit terhibur dengan alasan itu.

Setelah Pull & Bear, kami mampir ke toko kosmetik, Di. Saya butuh moisturizer untuk wajah, karena nanti kalau musim dingin wajah kita akan kering banget. Si Kary sih pakai Lacome, dia beli di Duty Free waktu itu, jadi jatohnya murah. Saya? nggak kepikiran sampai situ pas lagi transit di Doha. hahaa :) akhirnya saya pilih L'oreal cream aja yang harganya agak bersahabat. sekitar €6. 














Setelahnya, kami bergabung dengan Paulo dan Inez. Kami mampir ke taman, terus ngeliat bangunan-bangunan kuno, sampai akhirnya, kami berakhir di kafe lagi, kali ini namanya de Bras. di seberang stasiun Kortrijk. Saya nyobain Omer dan applegin. Untuk saya, Omer ini ringan dan tidak terlalu pahit. Kary dan Paolo suka Omer. Saya suka gin :)



Sesudahnya, Mas doi laper, kami berpisah dengan teman-teman baru kami. Karena mereka masih mau lanjut cari minum. Saya dan Mas doi makan di Pizza Italia. Pesan Quattro Stagione, yang artinya Empat Musim. Ada ham, paprika, champions, dan artisyok.



Saya dan mas doi pulang naik kereta. Saya girang banget bawa buntelan dari Pull & Bear. 



2 comments:

Unknown said...

Alfi.... gw baru nemu blog elu dong. hahaha..
nanti kalau mau Natalan biasanya semua toko sale fi.. harga zara dkk kalau sale beneran jauh lbh murah dr jakarta.. gw biasanya beli jaket2 winter nunggu sale dulu hehe

natureahead said...

Hehe Pamela.. Yah nungguin Desember gw kayaknya udah mati duluan Mel di sini, pan gw kelasnya mulai November, tapi boleh tuh kalo lagi sale, gw mau beli lagi yang lain2 hehehe :)