Hallaah apa pula judul tulisan satu ini.. :)
PANIK!
Begitu bagun pagi, sekitar jam 8 pagi. Kondo Zaki tampak hening sekali. Semua orang sedang tidur. Zaki tidur di kamar sebelah. Dan pagi-pagi ada sebuah pikiran yang mengusik otak saya, "waduh mampus, ini udah jam 8 dan tidak ada tanda-tanda tuan rumah akan bangun dalam waktu yang singkat. Bagaimana ini? Padahal kami harus ke Melaka pukul 11. Kacau!"
Atha sudah senewen sama saya. Dzi diam saja. Wah, begini nih kalau kami semua sedang risau. Salahnya kami, semalam kami lupa bilang apa agenda kami. Dan si Zaki itu tidak mengajak kami ngobrol lebih banyak, makanya kami tidak bilang rencana kami mau ke Melaka pagi-pagi. Kalau sudah terlajur seperti ini bagaimana?? Pusing yang ada. Mau bangunin tuan rumah, nggak enak hati. Kalau nggak dibangunin, kami-nya yang rugi.
Kenapa kami harus ke Melaka pagi-pagi sih?
Jadi, ada satu teman CS, kirim pesan ke saya nawarin tumpangan untuk ke Melaka, kebetulan dia ada rapat di KL pagi-pagi, dan jam 11-an siang dia akan balik lagi ke Melaka. Kesempatan emas ini harus kami ambil dong? pertama, kami bisa mendapat kenalan baru. Kedua, kami jadi mengirit ongkos transportasi. Keren kan?
Tapi masalahnya, si tuan rumah belum bangun juga, kami menunggu sampai jam 10. Sempat kami berpikir untuk meninggalkan kondo tanpa pamit. Tapi kami sadar, kami membawa nama bangsa, kami tidak boleh bertindak tidak sopan seperti itu. Kami sadar.
Setelah sms-an sama Rafi, teman yang memberikan tumpangan, saya laporkan kondisi kami saat itu. Dia mengerti dan memberi kelonggaran waktu hingga jam 12 siang. Kami semakin tidak enak kepada kedua belah pihak, kepada Zaki dan Rafi. Kami tidak mau membangunkan Zaki, dan tidak mau membuat Rafi menunggu. Serba susah.
akhirnya, setelah dialog dan debat yang cukup alot dengan Atha dan Dzi, saya, sebagai orang yang membawa mereka ke tempat ini, mengambil keputusan untuk membangunkan sang tuang rumah pukul 10. 45.
"Tok.. tok.. tok.." ketuk saya pelan sekali. Takut. Semenit kemudian tidak ada respon.
"TOKTOKTOKTOK" ketuk Atha bersemangat. Belum ada semenit, sudah ada respon. Cowok ganteng itu keluar dengan mata yang masih ngantuk. Tetep aja ganteng.
"Whats up?" bulu matanya yang panjang terbuka perlahan. HEY ALFI, FOCUS!!!
oke, balik ke masalah kami, saya sempat agak terpesona sama ketampanan si Zaki ini. hehe maaf. Kami utarakan maksud kami. Dan Zaki bilang okay. Segera aja kami ngacir keluar dari kondo.
Puji Tuhan si Tuan Rumah nggak marah ketika kami bangunkan. Kami sudah takut saja.
Sarapan kami di hari kedua di kedai Mamak, yah konsepnya self-service kalau boleh dibilang menyerupai warteg. Kami temukan kedai ini di seberang kondo, yang makan di situ rata-rata supir-supir. Ternyata, yang jualan di kedai adalah seorang ibu asal Indonesia, tapi logatnya sudah Melayu sekali.
Sarapan saya pagi itu adalah nasi dan telor ceplok, cukup RM2 saja.
Tempat janjian kami adalah di seberang mall Times Square. Dari St. Monorail Titiwangsa kami berhenti di St. Imbi. Tidak sampai 10 menit kami duduk di halte bus di St. Imbi. Mobil Rafi sudah berhenti di depan kami.
Rafi. Sedikit informasi: Dia adalah seorang India-Muslim, seorang fotographer profesional untuk berbagai media, seorang pengusaha ini dan itu, punya banyak bisnis, pengelola beberapa hostel, dan masih banyak lagi.
Kami memulai perkenalan kami dengan Rafi di dalam mobil sedannya. Kami membicarakan banyak hal. Politik, sejarah, kehidupan, tempat wisata, dan banyak lagi. Seru sekali bisa berkenalan dengan Rafi, dia memberikan kami banyak inspirasi dan nasihat-nasihat bijak. Saya kagum, salut, dengan pengalaman hidupnya, penuh dengan kerja keras hingga dapat menjadi orang yang sesukses sekarang. Big applause for him. We are very lucky to meet him in Malaysia.
Setelah bertemu Amanda, Katie, Zaki, Jini, dan Rafi, mereka semua orang-orang baru, mereka sempat menjadi stranger bagi kami. Setelah melalui perkenalan dengan mereka, saya selalu mengucapkan terimakasih kepada Tuhan, karena kami selalu dipertemukan dengan orang-orang baik hati dan hebat.
Perjalanan dua jam bersama Rafi tidak terasa membosankan. Malah diskusinya seru banget. Rafi selalu tahu mengisi waktu-waktu sepi saat kami kehabisan ide untuk ngobrol. Seru banget!
MELAKA
begitu memasuki area negara bagian Melaka, Rafi langsung dengan sigap menjelaskan kepada kami, "yang di sana itu.. inii, yang itu ,, ini... yang bangunan hijau itu sudah ada sejak, ....."
Rafi tahu persis kota kelahirannya. Dia tahu banyak hal tentang Melaka. Coba saya, tahu apa tentang Yogyakarta? bah. Zero. Tahu apa juga saya tentang Jakarta? well, saya lumayan tahu lah kalau ngomongin Jakarta.
Yang membuat saya salut, Rafi tahu A letaknya dimana, atau A itu tempat apa, dia juga tahu sejarah dan perkembangannya. Misalnya tahun sekian dulu pernah jadi apa, tahun sekian pernah terjadi peristiwa apa di sini. Gila, keren banget gak tuh?
CENDOL MELAKA
Ketika sampai di kawasan kota tua Melaka, Raffi mentraktir kita cendol Melaka. Ada nilai hospitality yang tinggi dalam dirinya. Hal itu yang membuat saya kagum. Pengalaman kami menikmati semangkuk cendol dingin di tepi sungai Melaka membuat saya mendapat pelajaran baru mengenai kehidupan berbangsa dan berbudaya.
Cendol ini yang jual ternyata temannya Rafi. Sepertinya Rafi kenal semua orang yang ada di kota ini deh. Setiap ketemu orang, ada aja yang nyapa Rafi. He is so famous, I guess :)
Kalau kalian sempat berkunjung ke Melaka, ayo mampir dulu ke kedai cendol ini. Letaknya ada di pinggir sungai Melaka dan seberang Gereja Pink Melaka yang terkenal itu. Kalian akan segera mudah menemukannya kok.
Berkat Rafi pula, kami dipertemukan dengan Sayang-Sayang. Hostel yang menurut saya hommy banget. Murah, bersih, dan yang paling penting hommy. entah kenapa. Review mengenai hostel ini bisa dibaca di tulisan satu ini. Kami berpisah dengan Rafi di hostel, dia masih ada banyak urusan yang harus dikerjakan. Dia janji untuk bertemu kami lagi waktu malam hari.
ANOTHER NEW FELLOWS
Setibanya di Melaka, saya segera SMS satu cowok Portugis yang bernama Nuno. Saya tahu dia dari postingan saya di CS Melaka. Dua hari lalu, Nuno mengirimi saya SMS, mengajak bertemu di Melaka. Saya diminta untuk menghubungi ponselnya ketika saya tiba di Melaka. Saya beritahu bahwa kami telah check-in di Sayang-Sayang.
Saat sedang cuci muka, saya mendengar ada tamu lain yang baru masuk hostel ini.
Dari atas lantai dua, saya melongok ke tangga bawah. Ada tiga bule sedang menuju ke lantai dua.
DEG! kaget dan deg-degan. Tiba-tiba cowok berambut ikal yang jalan paling depan teriak,
"Hey, Alfi!"
dengan sok cool saya membalas, "SO, you must be NUNO!"
tebak apa yang terjadi?
DIA, NUNO, MEMELUK SAYA, dan MENCIUM PIPI saya dengan bibirnya. Janggutnya yang baru tumbuh itu memberikan sensasi yang menggelitik. Menyadari kekikkukan saya, Nuno bilang, "That is an European greeting." (ditambah dengan senyumannya yang ala Casanova)
Sebenarnya sih saya nggak masalah ada bule baru kenal tiba-tiba nyosor pipi saya, sambil pelukan erat segala. Itu biasa. Apalagi si Nuno ini boleh dibilang kategori yang lumayan punya tampang. HAHA *ganjen*. Dan anehnya, Nuno tidak melakukan peluk dan cium kepada dua travelmate saya, Atha dan Dzi. Saya jadi inget seseorang. dan entah kenapa saya langsung punya firasat, wah tanda-tanda nih... (tanda apa? baca terus tulisan ini!)
Selain Nuno, ada 2 bule lagi, satu cewek Portugis namanya Ana, dan satu cowok Prancis namanya Arthur. Ana dan Arthur ini travelmate, si Nuno berhasil menemukan mereka di dalam bis. Bisa aja ya tuh orang?
EKSPLORASI MELAKA
Hal pertama yang dilakukan adalah mencari tempat makan siang. Ana maunya makan masakan peranakan Cina-Portugis. Setelah muter-muter, ternyata setiap Senin, banyak restoran, toko-toko tutup. Sekalinya ketemu, harga nggak cocok buat kantong kami. Ternyata si Ana ini bule yang hemat, dia tidak akan segan-segan berdebat soal harga. Keren banget deh. Kata Atha, si Ana ini mirip orang Batak. Akhirnya, pilihan makan siang kami jatuh pada sebuah rumah makan milik etnis Tionghoa. Dekornya sengaja dibuat seperti ruang makan, ditambah dengan pajangan-pajangan bertuliskan huruf mandarin. Si Ana dan Arthur yang ternyata mahasiswa bahasa Mandarin di Cina, mulai mempraktekan kebolehannya. Mereka mencoba membaca tulisan-tulisan itu.
Saya, Atha, dan Dzi, memesan dua piring nasi goreng untuk bertiga. Bule-bule memesan bihun goreng, capcay, dan ayam madu. Menu rumah makan ini tidak jauh berbeda dengan menu yang mama saya sering masak di rumah. Bagi saya menunya biasa saja, tapi bagi ketiga bule itu menunya terdengar eksotis.
Nuno, Arthur, Ana, saya, Atha, dan Dzi |
Setelah kenyang kami lanjut berjalan kaki, lihat bangunan-bangunan tua museum-museum. Di tengah jalan, kami harus berpisah dengan Ana dan Arthur. Mereka harus ke KL. Sedih juga sih karena kami baru kenalan sebentar tapi mereka sudah mau berpisah. Kami berjanji akan bertemu mereka lagi di KL.
Tinggal lah Nuno dan tiga gadis kece ini. Kami berempat mulai melanjutkan penjelajahan. Formasi jalannya, saya dan Nuno jalan berdampingan di baris depan, Atha dan Dzi di belakang. Posisi ini memberi saya peluang yang lebih banyak untuk berbincang-bincang dengan Nuno. *modus* Kesempatan ini pula kami gunakan untuk saling mengenal dan bertukar cerita. Ada banyak hal yang saya dapatkan dari seorang Nuno. Terlepas dari kekonyolannya, Nuno punya sisi serius, dia mengatakan banyak hal yang membuat pikiran saya tercerahkan. Ditambah senyum mempesonannya itu membuat saya selalu tersenyum :) *emang dasar cewek gajen* Dan di banyak kesempatan si Nuno ini sering menggoda saya, daripada Atha dan Dzi. ada lah yang selalu dikatakan untuk menggoda saya. (ciee seneng tuh digodain diaa..) *blushing*
He tried to get me on the water. how crap! |
Well, buat Atha dan Dzi kalau kalian baca tulisan ini, saya gak tau apa pendapat kalian tentang saya saat itu. (kalo baca tolong tinggalkan komen yaa)
Sekitar jam 5 sore, kami bertemu Rafi lagi di depan Christ Church Melaka. Kali ini Rafi membonceng sebuah motor gede. dan pakaiannya jauh lebih santai daripada tadi siang.
BEROMANTIS RIA DI SEPANJANG SUNGAI MELAKA
Kami memutuskan untuk mencoba Melaka River Cruise.Kami sengaja naik cruise ini saat hari sudah gelap, karena kami dapat menikmati udara sejuk dan banyak lampu-lampu indah yang dinyalakan, memberikan sisi romantis dari kota ini. Harga tiketnya RM10 per orang. Durasi perjalanan untuk mengelilingi Melaka, sekitar 1 jam. Di dalam Cruise diputar sebuah kaset yang menceritakan sejarah Melaka. Maaf saya kurang begitu menyimak, pertama bahasa Melayunya aneh banget, kedua bahasa Inggrisnya buat saya kurang jelas, ketiga, di sebelah saya ada si Nuno (terus kenapaaah???), keempat, saya lebih memilih ngobrol sama Atha dan Dzi.
lalalalala.... |
Saya sangat menikmati perjalanan di cruise itu. Pejamkan mata, hirup udara segar, dengarkan suara burung-burung yang bersembunyi di pepohonan, buka mata, lihat disekeliling, perhatikan turis-turis yang berjalan di sisi sungai, perhatikan bangunan tua, perhatikan lampu-lampu cantik itu, dan dengarkan suara alam. SO ROMANTIC!
Sesaat kalian akan menemukan kedamaian dalam perjalanan kalian.
Hari makin larut, jam 7 malam toko-toko kebanyakan sudah tutup. Seperti kota hantu. Tidak ada kegiatan lain. Aktivitas penduduk lokalnya sepertinya hanya sampai jam 7 malam. Ada beberapa cafe dan bar yang masih buka, tapi dipenuhi turis-turis yang ingin mendengarkan musik dan minum bir. Sisanya, zonk.
Sewaktu kami melewati salah satu cafe yang menyetel lagu dansa, tiba-tiba saja, secara spontan si Nuno mengajak saya berdansa, memegang pinggul saya. Sejenak, kegilaannya ini membuat saya kaget, tapi akhirnya saya mengikutinya berdansa!! HAHA ini menurut saya sesuatu yang romantis :) YA ampun ini bule!! *geleng-geleng tapi seneng*
Rencananya setelah naik cruise kami mau gabung sebuah gathering yang diselenggarakan ambasador CS Melaka. Tapi, kami akhirnya lebih memilih mencari makan malam. Saya lupa mencatat makan malam saya di Melaka. Tapi sumpah nasi dan ayam crispy itu enak banget! Buat saya itu makanan yang terenak selama saya di Malaysia, dan harganya pun tidak mahal. Pengen ke sana lagi cuma buat makan nasi ayam itu. :)
RAINBOW TROOPS IN MELAKA
belum cukup menjelajahi Melaka dengan cruise, setelah mengisi tenaga, kami memutuskan untuk menyewa sepeda. Saat itu sudah jam 10 malam. Penyewaan sepeda sudah tutup. Berkat negosiasi Nuno, akhirnya kami berhasil mendapat pinjaman sepeda dari Jalan-Jalan Hostel, kami diberi waktu satu jam oleh pemiliknya. Harga sewa normalnya RM3, karena kami tawar akhirnya berhasil mendapat harga RM2.
Saya serasa berada di film Laskar Pelangi. Pemandangannya persis seperti di film tersebut. Kami tertawa riang sambil mengkayuh kereta angin (aka sepeda). Aaaa momen-momen yang menyenangkan.
Entah karena kami berada di Chinatown Melaka, atau karena akan menyambut Tahun Baru Cina, dekorasi jalanan di area Jongker Street dan sekitarnya dipenuhi lampion. Indah sekali.
Di tengah acara bersepeda ini, tiba-tiba si Nuno mengarahkan rombongan kami ke sebuah lapangan besar yang berisi orang-orang sedang duduk-duduk nonton bola. Sontak saja, mata mereka langsung tertuju pada keempat pengendara sepeda yang aneh itu. Saya jamin mereka menganggap kami segerombolan turis yang aneh.
Wah, betis lumayan kencang juga setelah keliling-keliling dengan sepeda. Kami segera menuju hostel untuk mandi dan beristirahat.
Lucunya, saya dan Nuno mandi berbarengan.
Weits, jangan kaget dulu! haha tapi ini lucu banget, Kami sama-sama berada di kamar mandi yang bersebelahan. Masuknya bareng-bareng, keluarnya bareng-bareng. Lucu yaa :) *apasih*
Di lantai dua hostel itu, ada satu ruang duduk-duduk, ada banyak stop kontaknya, di sana kami bisa men-charge HP atau laptop. Saya duduk-duduk di sana, bersama Atha, dan beberapa traveler lain. Si Atha sibuk sama laptopnya dan saya sibuk menghitung, si Dzi lagi di kamar mandi. Saat saya sedang hitung-menghitung pengeluaran kami hari itu, si Nuno mendekati dan duduk di sebelah saya. Kami mengobrol lagi dan lagi, topiknya random banget.
dan setelah agak lama, kami hening. dan kami saling mengucapkan perpisahan selamat malam. Dan adegan so sweet lainnya, ketika dia bangkit berdiri, mengusap rambut saya dengan lembut. WELL IT WAS SUCH IN HEAVEN!! and he did say something sweet to me.
Entah kenapa malam itu saya tidur nyenyak sekali, sampai saya bangun pagi-pagi.
Saya bingung harus ngapain, Atha dan Dzi belum bangun. Akhirnya setelah mandi, saya tidur-tiduran di sofa depan kamar sambil makan coklat.
TIBA-tiba...
ada jari yang masuk ke telinga saya. Kalian udah pasti bisa menebak jari siapa? haha ya. dia. Begitu ya ucapan selamat pagi ala Portugis. Sumpah ini konyol banget. Saya langsung bangun dari sofa, dan "uhm, hi!" terus saya masuk ke kamar.
Saat orang-orang baru bangun saya sudah siap. Entah kenapa perasaan saya kayak campur aduk. Senang campur galau. Saya turun dan keluar, duduk-duduk menikmati terik mentari pagi.
Agak lumayan lama saya duduk sambil menatap sungai Melaka, dan mendengarkan lagu-lagu sad-romance dari handphone. Beberapa kali lewat beberapa turis asing menyapa saya sambil berkata "Good Morning!"
wow, I felt such a peace in here!
Beberapa waktu kemudian Atha dan Dzi menyusul saya menikmati pemandangan itu.
dan tak lama Nuno juga menyusul saya di belakang hostel. Tau apa yang kali ini dia lakukan??
Dia mencoba mengagetkan saya dengan menggendong saya dari belakang, tanganya yang besar mengangkat pinggang saya, dan tangan itu gemetar, atau bergetar? entahlah :) intinya saya menemukan ada getaran dalam gendongannya itu.
Kami sarapan bersama dan akhirnya waktunya berpisah. Nuno mengantar kami hingga halte. Sebelum berpisah, orang pertama yang dia peluk adalah saya. Dan kali ini, pelukannya lebih parah. dan tiba-tiba saja tangannya sudah memeluk saya dengan erat. Lebih erat dan ciumannya lebih lama dari salam perkenalan yang kemarin. Dan. ada sesuatu dalam pelukannya yang membuat saya sontak kaget. Ada lah pokoknya ;)
setelah memeluk saya, dia memeluk Atha, dan dia menawari Dzi pelukan, sayangnya ditolak sama Dzi. Aduh, nyesel tuh :)) yang bikin saya tambah sumringah, kata Atha, pelukan yang diberikan Nuno kepada saya jauh lebih mesra daripada yang diberikan pada Atha. Aduuh gimana nggak bikin saya cengengesan sendiri tuh?
well, kalau kalian pikir Nuno tipe cowok bule yang cari-cari kesempatan dengan cewek-cewek, kalian salah. I guess I know him a bit, and he is not kind of person like that. I believe so. Saya cukup bisa lah kalau soal membedakan mana yang jerk dan mana yang beneran turns into you.
mungkin saya agak kepedean, tapi saya percaya he is into me.
dan benar saja, setelah kepulangan saya ke Jakarta, saya mendapatkan reference yang dituliskannya "She is very sweet,and a very interesting person and i had the sensation that could travel the world with her without having a problem!i will miss her!"
after all of this, after one day and one night, how could I forget this beautiful moment in Malacca? Mungkin ini yang saya cari dalam sebuah perjalanan, bertemu orang baru, merasa terhubung, dan setelah itu berpisah dan mencari sesuatu yang baru.
galau time in the morning: the best spot for it. |
mau lihat album foto selama di Melaka, kunjungi ini.
mau tau pengalaman hari pertama di KL, baca ini.
Penasaran perjalanan hari ketiga di Malaysia, ayo ke sini.
No comments:
Post a Comment