Lokasi: Perpus lantai 2
Kegiatan: mengerjakan makalah akhir sosiologi sastra
Waktu: 12.00
karena saya sedang muak berkutat dengan makalah, sudah 2 jam lebih menulis pendahuluan yang tak kunjung usai saking mampetnya ide, ditambah perasaan kantuk.
Akhirnya, saya mengakali dengan menggoda teman yang duduk di bangku sebelah. Padahal dia sedang serius baca Saman, Ayu Utami.
Kemudian kami malah ngobrol ngalor ngidul.
sampai pada sebuah topik yang dia angkat untuk penelitian. yaitu masalah keperawanan.
Novel yang ia teliti ternyata berpendapat bahwa, perawan atau tidaknya seorang perempuan bukan menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah soal harga diri. Sejauh mana perempuan dapat mempertahankan harga dirinya.
Kata teman saya itu, ada satu momen yang paling dia suka,
yaitu ketika... ada satu tokoh perempuan yang minta diperawani oleh pacarnya. Teman saya menjelaskan pandangan dari pihak tokoh cowoknya, kata temen saya, "Cowok itu ibarat kucing, kalo dikasih ikan, siapa sih yang nggak mau? Kalau perempuan sudah minta hal itu, sudah pasti tidak ditolak. Sebenarnya, kalau ceweknya tidak menawarkan diri untuk mengorbankan keperawanannya, si cowok nggak bakal berani untuk meminta. Karena cowok takut buat minta, dia nggak berani melukai cewek yang dia sayang. Pertahanan cowok akan runtuh jika si cewek yang meminta. Jadi, sebenarnya perawan dan nggak perawan itu jatuh di tangan ceweknya. Cewek yang menentukan sampai kapan ia masih perawan."
Jadi yang memberi akses masuk ke pertahanan cewek itu adalah ya ceweknya itu sendiri. bukan cowoknya. Menurut saya, tapi kalau cowoknya yang meminta-minta terus, itu tandanya cowoknya nggak terlalu sayang sama ceweknya, buktinya bisa berani-beraninya 'minta'.
Setelah diskusi remeh temeh nan singkat itu, saya dan teman saya itu ketawa-tawa, wah hebat juga yaa ada pandangan cowok yang se-keren itu, yang bisa mengerti cewek segitu dalamnya.
Ada kah di luar sana cowok yang seperti itu?
No comments:
Post a Comment