Ada yang ingin bekerja di gedung-gedung Sudirman.
Ada yang ingin bekerja sebagai pegawai pemerintah.
Ada yang ingin bekerja di luar negeri.
Ada yang ingin bekerja di perusahaan-perusahaan ternama.
Ada yang ingin kerja dengan mendapat posisi A atau B.
Ada yang ingin kerja dengan gaji sekian.
Pemikiran teman-teman saya ini membuat saya mempertanyakan diri saya sendiri. Sedang berada di kubu apakah saya ini? Sebenarnya apa yang ingin saya lakukan setelah meraih gelar sarjana? Saya belum bisa memutuskan dengan jelas bagaimana saya mengukir masa depan saya.
Ada suatu hal yang saya tahu pasti tentang diri saya: saya senang bahasa, sastra, dan alam. Dan saya masih memikirkan bagaimana mencari penghidupan yang sesuai minat saya. Orang bilang hal itu akan susah. Mungkin. Kata orang, mahasiswa dan sarjana baru itu cenderung idealis. Saya rasa itu benar adanya. Dan semoga saya akan terus memperjuangkan cita-cita saya. Semoga dunia tidak mengecewakan saya. Amin.
Ketika menjalani fase penulisan skripsi, saya terus dirongrong oleh pertanyaan "MKSJS". Perasaan saya saat itu: saya belum mau benar-benar bekerja kantoran atau mendapat kerjaan penuh waktu, saya masih ingin belajar bahasa asing, saya masih ingin menghabiskan masa muda dengan melihat dunia. Melihat alam, lebih tepatnya. Terus bagaimana mewujudkan itu semua? Karena semua keinginan tersebut harus dibatasi jumlah tabungan yang terbatas sehingga saya harus memaksimalkan apa yang sudah saya miliki.
Oleh karena itu, hal yang dapat saya usahakan dan baru kepikiran saat itu adalah melamar program au pair. Semacam program pertukaran kebudayaan. Bahasa kasarnya, saya melamar jadi babu di Eropa. Jadi saya bakal jadi babu. Saya akan hidup menumpang di sebuah rumah keluarga Eropa. Mereka akan kasih uang jajan karena kita telah bersedia menjadi babu mereka. Uangnya hanya seberapa itu digunakan untuk les bahasa asing dan kalau ada sisa ya bisa dipakai jalan-jalan. Ketika melihat program ini tiga point utama yang ingin saya raih bisa terlaksana: 1. saya bisa belajar bahasa. 2. saya dapat belajar kebudaayaan asing dan mengalaminya secara langsung. 3. saya bisa jalan-jalan menikmati alam dan berkenalan dengan orang-orang baru, melihat dunia.
Ada beberapa orang yang memandang rendah profesi au pair ini, "buat apa jadi babu orang? mending cari pekerjaan yang profesinya lebih bagus. Sayang aja sekolah tinggi-tinggi cuma jadi babu."
Nyokap saya sekolah tinggi-tinggi, sekarang cuma jadi babu. Kondisi ini meyakinkan saya bahwa sebuah jabatan/posisi tinggi bukan tujuan utama saya dalam hidup ini. Memang dengan punya posisi tinggi kita akan mempunyai kekuasaan lebih. Tapi untuk apa kekuasaan itu digunakan kalau hanya untuk menindas yang lemah? Saya jadi ingat juga ada orang-orang ingin mendapat gelar pendidikan setinggi-tingginya, agar dapat posisi pekerjaan yang tinggi pula. Buat apa ilmu yang tinggi kalau tidak diamalkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat? hanya untuk mencari perkerjaan dengan posisi yang tinggi? Atau, buat apa ada di posisi tinggi tapi tidak bisa merasa bahagia? Buat apa mengikuti hal yang bukan minat kita? Buat apaa??? (duh lagi-lagi terdengar terlalu idealis). Maaf.
Pada akhirnya adalah, bagaimana manusia menikmati hidupnya. Untuk menjadi manusia yang "hidup" saya ingin tidak berhenti belajar. Saya ingin belajar apapun. Termasuk belajar dari kehidupan ini. Saat ini, jalan yang bisa saya usahakan untuk terus belajar adalah menjadi babu dulu. Semoga di tahap berikutnya usaha saya untuk melanjutkan studi dilancarkan dengan lebih baik lagi :)
Semangat ya buat kawan-kawan yang sedang berjuang untuk masa depannya. Semoga kalian beruntung selalu.
No comments:
Post a Comment