Alfi hendak turun di Stasiun Juanda. Saat ia hendak turun, ada seorang pria yang mendesaknya dari belakang, nampaknya pria itu juga ingin turun. Alfi pun memberikan jalan agar pria itu turun lebih dulu (kurang baik apa coba?), ternyata bukannya turun, pria itu malah berhenti di tangga dekat pintu bus. Alfi sempat mendumal dalam hati, seraya turun dari bus tanpa perasaan yang janggal.
Ketika sesampainya di dalam stasiun, seorang wanita berjilbab menegur Alfi, "Mbak, ritsleting tasnya sengaja dibuka ya?"
Ting!! alarm di kepala Alfi langsung mengacu pada kata "HANDPHONE"
Tergesa-gesa, Alfi membuka tas. Kedua telephone genggam miliknya telah lenyap.
Sebuah Nokia C6 yang baru dibeli empat bulan yang lalu, dan sebuah HP esia model lawas yang telah berumur 4 tahun.
Alfi pun menuruni tangga stasiun, dengan harapan, mungkin saja handphone itu terjatuh, dan ada tukang-tukang ojek yang mengambilnya. Ternyata tidak! Pikiran Alfi kembali pada beberapa saat ketika ia hendak turun dari bus. Ia sadar pria yang mendesaknya itu adalah seorang maling.
Detik itu juga perasaan Alfi kosong. Tidak sedih, tidak kecewa, tidak senang, Semuanya terasa begitu datar di dada Alfi. Ia tidak dapat menangis, Padahal, biasanya dia selalu menangis kalau ada barangnya yang hilang. Kali ini berbeda. Kali ini ia sadar, dua ponsel itu adalah harta duniawi yang tidak pantas ditangisi. Apabila hilang, mungkin sudah saatnya.
Saat menunggu kereta, Alfi berkenalan dengan seorang perempuan yang ternyata anak UI juga. Namanya Egra. Alfi meminjam ponsel Egra untuk SMS. Alfi segera mengirim SMS ke mamanya. Awalnya, Alfi menebak ibunya akan marah besar. Ternyata tidak, ibunya hanya memberikan petuah, "Makanya, hati-hati ya!"
Sesampainya di kampus, Alfi tersadar, mata kuliah pertama itu tidak ada dosen. Alfi bertemu teman-teman, dan perasaaan datar itu masih tetap bercokol di tempat yang sama. Entah kenapa Alfi dapat melalui hari-harinya seperti biasa. Tertawa, bercanda, dan bahagia.
Seperti tidak ada kejadian yang besar.
Sesampainya di depan rumah, ternyata tidak ada orang. Pintu dikunci, kunci dibawa pergi oleh orang rumah. Alfi memutuskan untuk ke Roxy, mengganti Sim Card yang hilang.
Ternyata, kantor Indosat sudah tutup. Alfi telat lima menit.
Perasaan kesal karena terlambat lima menit itu pun tidak datang. Alfi merasakan hal biasa saja. Ini sungguh aneh. Umpatan pun tidak keluar dari hatinya. Padahal, biasanya Alfi sudah memaki-maki kalau bertemu situasi seperti ini.
Intinya hari ini adalah, Alfi masih perlu banyak merenungkan kembali kehidupan ini. Mungkin kejadian ini adalah teguran dari Tuhan agar Alfi harus selalu berada di Jalan Kebenaran.
Sebenarnya, bukan masalah nomina harga handphone itu yang Alfi sesalkan, ada yang lebih berarti dari pada itu. Yaitu, 149 sms dari Si L hilang. Padahal itu salah satu bukti kenangan yang berharga yang bisa membuat Alfi tersenyum mengingat L. :(
Baiklah Alfi, sudah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa lalu dengan si L, dan ponsel-ponsel itu.
Sekarang, ayo bangkit, berusaha lebih giat, bekerja keras!
5 comments:
.sumpeh ini beneran??!!
.LIKE THIS!!!!
waah hp baru toh.. kirain hp yg lama.. emg hp2 yg br beli itu rentan bgt dicopet yaa.. hp gw yg dicopet itu jg blom nyampe staun.
Waktu hp gw ilang gw jg byasa aj fii.. kaget iyaa, tp sedih sii gak tlalu.. yg gak gw relain adlh kenangan yg ad d hp itu.. sms2 foto2 dr jaman gw smp.. huhuhu klo emg dya maw ngambil tuh hp gw relain fii, tp memorycard nya gak usah, ato gak data2 nya pindahin dulu.. abis itu gw rela dgn senang hati dh..
@anonymous: iya beneran, tapi sumpah parah banget! orang lagi kesusahan kok malah di Like This!
@thadya: iya thaa gw inget waktu sma lo keilangan hp lo pas di snayan sama kakak lo kan?
padahal hp lo masih baru.
Turut berduka deh fi.. gue kira ini salah satu cerpen ciptaan lu lagi.. hehe..
@Ryan: Thank you ya Yan., hahaha kalo cerpen gw sih gak pakal se apes ini tokoh utamanya
Post a Comment